SAUH BAGI JIWA
“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing”
(Matius 25:31-32)
Bacaan: Matius 25:31-46
“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing”
(Matius 25:31-32)
Bacaan: Matius 25:31-46
Ketika kita menonton sebuah film, kita tertarik untuk mengetahui akhir dari film tersebut, apakah berakhir happy ending, atau tidak. Demikian pula, kita penasaran dengan skenario kehidupan umat manusia di muka bumi: Kapan dunia ini berakhir? Berapa jumlah orang yang diselamatkan? Apakah saya termasuk dalam orang-orang yang diselamatkan? Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam hati setiap manusia. Pada zaman Yesus, murid-murid datang dan bertanya, “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” (Mat. 24:3) Yesus tidak memberitahukan kapan waktunya itu akan tiba (Mat. 24:36), tetapi Tuhan menitikberatkan pada tanda-tanda kedatangan-Nya yang sudah dekat dan persiapan yang diperlukan untuk menyongsong kedatangan Anak Manusia dalam kemuliaan-Nya.
Di dalam perikop yang kita baca hari ini, Tuhan Yesus menceritakan sebuah perumpamaan mengenai domba dan kambing, dua jenis binatang yang serupa tetapi tidak sama dan memiliki perbedaan sifat. Kambing adalah binatang yang individual dan berkelahi, sedangkan domba adalah binatang yang suka berkerumun dan hidup dalam kasih. Perumpamaan ini mengingatkan kita agar dapat menjalani hidup di dalam kasih.
Mengenai kasih ini, Tuhan Yesus pernah memberikan perintah baru kepada murid-murid-Nya setelah mengadakan perjamuan terakhir:
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yoh. 13:34-35).
Kasih di sini bukan hanya kasih di dalam perkataan, tetapi juga di dalam perbuatan dan dalam kebenaran. Seperti di dalam perumpamaan-Nya, Tuhan Yesus mengungkapkan bagaimana caranya kita mengasihi sesama:
“Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? … Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat. 25:36-37, 40)
Hari ini, banyak hal yang dapat kita lakukan terhadap sesama kita, baik keluarga terdekat kita, sanak famili, teman-teman, rekan sekerja, saudara-saudari seiman di gereja, juga orang-orang di sekitar kita. Kita bisa membantu yang kekurangan, kita bisa menguatkan dan menghibur mereka yang bermuram hati, kita bisa memperhatikan mereka yang sakit, dan kita bisa mendoakan mereka semua.
Apakah kita telah melakukan perintah Tuhan untuk saling mengasihi? Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita untuk mengasihi sesama, dalam mempersiapkan diri kita menghadapi akhir dari segala sesuatu.