SAUH BAGI JIWA
“dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik…” 2Petrus 2:5
“dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik…” 2Petrus 2:5
Dosa telah masuk ke dalam dunia dan manusia pun hidup di tengah-tengah dosa, serta roh-roh jahat yang ada di udara. Pada zaman Nuh, firman Tuhan menegaskan bahwa perilaku manusia menjadi rusak. Setiap hari, segala kecenderungan hatinya semata-mata membuahkan kejahatan, sehingga membuat hati Tuhan terluka dan menyesal. Apa sajakah kerusakan-kerusakan pada zaman Nuh?
Kerusakan dalam hal pernikahan. Penulis kitab Kejadian 6:2 mencatatkan, “Maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.” Sudah sepatutnya anak-anak Allah menjaga tradisi iman yang baik. Namun, pada zaman Nuh, mereka tidak lagi menghormati Allah dalam pernikahan mereka. Bahkan mereka lebih mengutamakan penampilan luar dan hawa nafsu mereka; dibandingkan membangun keluarga yang takut akan Tuhan dan menurunkan keturunan ilahi. Dengan demikian, perilaku umat manusia dari hari ke hari semakin rusak. Pada hari ini, kerusakan pada kehidupan masyarakat diawali dengan pernikahan yang rusak. Oleh karena itu, sebagai umat Kristen yang hidup pada zaman akhir, hendaknya kita lebih waspada serta memiliki rasa takut dan hormat di dalam pernikahan—agar kita dapat membangun keluarga Kristen yang dapat memuliakan Tuhan.
Selanjutnya, kerusakan dalam kehidupan rohani. Roh Allah tidak lagi tinggal di dalam diri manusia. Maka, secara alami, manusia merasa tidak peduli lagi terhadap kerohanian mereka. Mereka pun menjadi tidak peka terhadap Allah, dan hati mereka menjadi gelap dan membiarkan roh jahat bekerja. Kita dapat melihat kerusakannya dari buah perbuatan yang mereka hasilkan. Sekarang ini, hendaknya kita peka dan taat pada kehendak Allah serta tunduk pada bimbingan Roh Kudus di dalam segala hal.
Kemudian, kerusakan dalam hal perilaku. Penulis kitab Kejadian 6:11 menggambarkan bahwa “bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.” Umat manusia bertengkar, saling mendendam, berbuat kekerasan; sehingga kehidupan yang damai dan sukacita menjadi rusak dan penuh dengan ketakutan-akibat dari perbuatan yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri. Bersyukur pada Tuhan, seorang yang bernama Nuh tetap berdiri teguh di tengah-tengah dahsyatnya arus dosa pada zamannya. Ia memiliki hati yang benar dan saleh. Ia hidup sebagai orang yang tidak bercela di hadapan Allah serta berjalan bersama-Nya. Ketika Tuhan hendak menghancurkan dunia zaman itu, Ia ingat kepada Nuh dan memerintahkannya untuk membuat bahtera. Sambil membuat bahtera, Nuh pun memberitakan peringatan firman Tuhan kepada dunia (2Pet 2:5). Sama halnya pada hari ini, kehidupan manusia begitu rusak di akhir zaman. Kelak, Allah akan menggunakan api untuk menghancurkan segala kerusakan yang dibuat oleh umat manusia.
Kedatangan-Nya kembali untuk menghakimi umat manusia adalah ya dan pasti. Bagaimana mungkin kita masih tetap memanjakan diri dan menikmati dunia dengan segala dosanya? Hendaklah kita meneladani Nuh, senantiasa memperingatkan dunia akan dosa dan memberitakan Injil keselamatan yang dari Tuhan sampai ke ujung bumi, membangun bahtera akhir zaman—yaitu membangun gereja milik Tuhan. Niscaya, kita sebagai umat-Nya tidak akan mengecewakan anugrah besar yang telah Tuhan berikan atas pilihan-Nya terhadap diri kita.