SAUH BAGI JIWA
“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Hab. 3:17-18)
“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” (Hab. 3:17-18)
Jika suatu hari keadaan kita seperti yang dilukiskan oleh nabi Habakuk, pohon ara tidak lagi berbunga, pohon anggur berhenti berbuah, pohon zaitun tidak menghasilkan, kambing domba lembu sapi terhalau, seluruh tanah kering gersang laksana hari kiamat tiba, bagaimana perasaan kita saat itu?
Jika suatu hari, sejauh kita memandang ladang menjadi tandus tidak menghasilkan makanan, kebun-kebun terbengkelai, usaha keluarga hancur, ekonomi resesi, makanan sudah habis dan semua orang kelaparan dan kehausan tidak ada yang bisa menolong. Ketika mata menatap kosong menunggu kematian datang, apakah kita masih sanggup bersorak-sorak di dalam TUHAN, dan beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan kita?
Saya mencoba jujur terhadap diri sendiri dan menjawab, saya tidak sanggup! Ternyata Allah menjadikan lingkungan hidup kita semuanya teratur, angin hujan datang sesuai musim dan sesuai takarannya, suasana damai dan permai meliputi bumi, ini adalah anugrah Allah yang maha besar!
Jangan mengira hari yang digambarkan oleh nabi Habakuk itu tidak pernah ada. Pada saat ini pun di beberapa negara yang sedang dilanda peperangan atau wabah penyakit, orang pasti terkejut dan ngeri menyaksikan keadaan seperti itu. Perang dan wabah menghancurkan seluruh unsur kehidupan, nyawa manusia menjadi tidak berharga, orang nyaris bertahan hidup, dan setiap saat bisa dijemput maut.
Ketika saya merenung, saya hidup di zaman di mana kehidupan manusia mencapai puncak kemakmuran dan kebebasan, saya hanya bisa bersyukur kepada Allah. Saya pun memohon agar Allah tidak membuat saya menemui keadaan yang diungkapkan oleh Nabi Habakuk itu, keadaan yang sama sekali tidak dapat saya hadapi.
Jadi, semua penyakit, pencobaan, kesusahan, kegelapan yang kita temui hari ini, sungguh tidak seberapa jika dibandingkan dengan siksaan peperangan dan wabah penyakit. Maka janganlah kita jatuh hancur hanya oleh hal yang relatif ringan itu. Kiranya kita sewaktu sakit boleh melupakan kesusahan, dapat menikmati sukacita di dalam roh; sewaktu berada di dalam pencobaan, dapat mengalahkan pukulan penderitaan dan tetap tenang dalam roh; sewaktu berada di dalam kegelapan, dapat bersembunyi di bawah sayap Tuhan; sewaktu dirundung malapetaka, dapat mempertahankan iman kepada Allah.
Jika suatu hari kita menemui keadaan yang dilukiskan oleh nabi Habakuk, kita hanya bisa memohon kepada Allah agar kita mampu bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan kita!