SAUH BAGI JIWA
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Ams. 17:22)
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Ams. 17:22)
Hati yang gembira adalah obat paling manjur bagi hati yang sedih. Bila hati gembira, orang akan berpikir positif. Sebaliknya orang yang patah semangat, akan berpikir negatif. Dua keadaan hati yang berbeda menghasilkan dua cara pikir berbeda; dua cara pikir berbeda akan menghasilkan dua nasib yang berbeda.
Ada dua orang yang berjalan di tengah gurun pasir, air yang mereka bawa sama-sama sisa setengah botol. Orang yang hatinya gembira berpikir positif dan berkata: ‘Untunglah saya masih punya setengah botol air!’, dia meneruskan perjalanannya dengan penuh pengharapan. Orang yang patah semangat berpikir negatif dan berkata: ‘Ya ampun, air cuma sisa setengah botol, bagaimana ini!’, dia berjalan perlahan-lahan dalam putus asa.
Orang yang gembira berjalan sambil menyanyi pujian, dia percaya Tuhan akan memimpin dia keluar dari padang pasir itu. Langkahnya semakin ringan, akhirnya dia sampai ke oase yang banyak airnya. Ketika dia berlutut meminum air, hatinya penuh syukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkan dia.
Orang yang patah semangat berjalan sambil mengeluh, hatinya penuh sungut-sungut kepada Tuhan, berpikir mengapa membiarkan dia berada di gurun pasir. Dia pikir dia pasti mati, langkahnya semakin berat semakin terseok-seok. Akhirnya dia tidak mencapai oase dan mati dalam keputus-asaan.
Ada seorang penatua membesuk seorang saudari yang sakit kanker. Penatua membesarkan hati saudari itu: ‘Kau harus bersukacita, dan selalu bersukacita, karena hati yang gembira adalah cara paling baik untuk melawan kanker.’ Memang benar, seorang yang sakit kanker sangatlah susah. Setiap sel kanker menggerogoti tubuhnya, dan dia tersiksa oleh efek samping kemoterapi dan terapi rontgen. Kehidupan seluruh keluarganya menjadi kacau, anak-anaknya tidak ada lagi yang memelihara, keuangan pun menjadi kritis. Kesemuanya itu sangat berat dan tak tertahankan. Bila ditambah lagi imannya direnggut oleh Iblis, maka penyakitnya akan merampas sukacita, sehingga tidak lagi ada yang tersisa pada dirinya.
“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Rm. 5:3-5).
Apa benar kita dapat bersukacita dalam kesengsaraan? Ini adalah mata pelajaran yang sangat sulit! Saya sering merasa nasihat ini terlalu berat bagi orang yang menderita. Tetapi Allah berjanji memberikan kita Roh Kudus. Kasih-Nya akan dicurahkan kepada kita, maka kita akan bersukacita senantiasa karena bersandar kepada Tuhan, kita berserah sepenuhnya dan tidak lagi susah hati. Kasih Allah pasti membantu kita melewati segala kesusahan, mengalahkan segala sakit penyakit, mengalahkan segala kesengsaraan!