SAUH BAGI JIWA
“Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah ada unta-unta datang.” (Kej. 24:63)
“Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah ada unta-unta datang.” (Kej. 24:63)
Di Alkitab edisi Bahasa Inggris, disebutkan bahwa Ishak keluar “to meditate in the field”, yang maksudnya ia merenung di padang.
Abraham yang sudah tua menguatirkan masa depan pernikahan Ishak, anaknya. Maka ia meminta hambanya yang paling tua di rumahnya, yang menjadi pengurus atas segala kepunyaannya, untuk pergi ke negerinya dan kepada sanak saudaranya untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak.
Allah memimpin hamba tua itu mendapatkan Ribka dan membawanya kembali. Kebetulan, ia bertemu dengan Ishak yang sedang merenung di ladang. Ketika itu senja hari, dan Ishak melayangkan pandangnya melihat Ribka yang juga sedang memandang dia. Hamba tua itu lalu memberitahu Ishak tentang pesan Abraham kepadanya, dan Ishak kemudian mengambil Ribka menjadi istrinya.
Pertemuan antara Ishak dan Ribka ini sangat alami dan indah sempurna! Bisa dibayangkan, sinar matahari senja menyapu wajah Ribka yang cantik bagai bunga sedang malu-malu merekah, membuat hati Ishak jatuh cinta. Dua orang muda bertemu di senja yang sangat indah, dan cinta segera bersemai di dalam hati mereka. Sejak kematian ibunya, Ishak merasa sangat kehilangan dan sering mengenang ibunya dengan merenung seorang diri di padang. Ishak jatuh hati kepada Ribka dan demikian ia dihiburkan setelah kematian ibunya.
Ishak yang baik dan pendiam suka merenung di padang. Dia pasti mengenang peristiwa ketika ayahnya membawa dia ke gunung Moria untuk mempersembahkan dia sebagai korban. Iman ayahnya kepada Allah telah lulus ujian Allah, sehingga Allah mencegah Abraham menyembelih Ishak, dan menyediakan seekor domba jantan untuk menggantikannya. Sejak itu ayah dan anak ini semakin percaya kebenaran ‘Yehovajireh’, yang artinya, ‘TUHAN menyediakan’.
Ishak adalah seorang penurut. Ketika ayahnya mau mengorbankannya, dia tidak melarikan diri. Ketika sudah dewasa, Ishak tidak pernah ribut mengambil istri perempuan setempat. Orang yang demikian penurut sangatlah berkenan kepada Allah. Maka ketika Ishak sedang merenung di padang, Allah membawa kepadanya seorang perempuan yang ditentukan menjadi istrinya itu.
Apakah kebiasaan Ishak merenung di padang ini memberi inspirasi kepada kita hari ini? Orang zaman sekarang ini terlalu sibuk; begitu ada waktu luang, mereka segera tenggelam dengan main telepon genggam, komputer, televisi, permainan elektronik dan sebagainya. Orang yang percaya kepada Tuhan pun juga jarang meluangkan waktu untuk merenung firman Allah. Hal ini tentu sangat disayangkan.
Saya senang di senja hari berjalan-jalan di lingkungan rumah untuk menikmati awan di langit biru dengan bentuk beraneka ragam yang mencengangkan. Terlebih ketika diterpa sinar senja, awan itu disaput dengan warna warni yang indah menyejukkan kalbu. Mendekatkan diri kepada alam sangatlah menyenangkan. Kita memandang sambil merenung, sambil mengobrol dengan Allah tentang kegiatan sehari-hari, mencurahkan isi hati kita secara pribadi kepada Allah, ah, nikmatnya tak tertandingkan!
Apakah Anda tidak mau mengikuti Ishak, melepaskan diri dari hiruk-pikuk kehidupan, keluar dari rumah untuk merenung? Ini juga salah satu cara untuk menyempurnakan rohani kita!