Seorang perempuan mempunyai sepuluh dirham dan kehilangan salah satunya. Apakah yang ia lakukan? Ia menyalakan lampu, menyapu seluruh rumah, dan mencarinya dengan teliti hingga ia menemukannya. Dirham itu hilang di dalam rumah, dan demikian juga, kita dapat tersesat bahkan di dalam gereja.

 Walaupun saya telah menjadi jemaat selama separuh umur saya, saya tersesat pada sebagian besar jangka waktu itu. Datang ke gereja hanyalah sekedar rutinitas, menyanyikan kidung sekedar formalitas.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda mempersiapkan pelajaran Sekolah Sabat di menit-menit terakhir? Apakah Anda merasakan khotbah sebagai hal yang menjemukan dan buang-buang waktu? Apakah firman Allah tidak mencapai hati Anda?

Tanpa menyadarinya, Anda mungkin telah menjadi dirham yang hilang, mengoleksi debu di sudut rumah. Kita tersesat, tetapi tidak dilupakan. Tuhan kita dengan giat mencari umat-Nya. Ia menyalakan lampu, mencari sudut-sudut dan pojok-pojok, dan menyapu lantai dengan teliti untuk menemukan dirham yang hilang itu.

Kasih Allah menjangkau mereka yang hilang di tengah timbunan debu. Namun kita juga harus melakukan bagian kita dengan menjawab uluran kasih-Nya yang tidak pernah padam. Agar Yesus dapat menemukan kita, kita harus bertemu dengan-Nya di separuh jalan. Kita tidak dapat bersikap pasif, sekedar menunggu-Nya menemukan kita. Kita harus ingin ditemukan. Segera setelah kita menyadari iman kita yang suam-suam kuku, kita harus kembali kepada Allah melalui pertobatan. Dan Ia akan dengan penuh sukacita memulihkan kita. 

 

Renungan:

1. Apakah Anda duduk di sudut mengumpulkan debu?

2. Apabila ya, bagaimana Anda dapat menjawab panggilan Yesus dan kembali?