Belum lama ini, saya harus menyelesaikan sebuah jurnal untuk diserahkan dan diperiksa. Tetapi di minggu terakhir saya menyadari bahwa jurnal itu masih jauh dari selesai, dan saya harus menghabiskan tiga malam untuk menyelesaikannya. Bagaimana ini dapat terjadi? Saya telah mengerjakannya dengan giat selama 17 bulan. Namun kenyataan pahitnya, saya terlena setelah masuk di bulan terakhir.

 

Kadang-kadang keterlenaan juga dapat merayap masuk ke dalam hidup iman kita. Dan ketika itu terjadi, keterlenaan dapat merusak segala pekerjaan baik kita dalam Tuhan; menggagalkan persekutuan kita dengan Allah dan saudara-saudari seiman, kasih karunia yang Ia berikan, bahkan keselamatan kita.

 

Bangsa Israel diperingatkan Allah karena bersantai (Yes. 32:9-12). Mereka adalah umat pilihan Allah, bangsa yang dikhususkan bagi-Nya, namun mereka bahkan melupakan hal mendasar yang diharapkan Allah. “Bangunlah, dengarkanlah suaraku”. Ia memperingatkan mereka akan akibat yang menantikan keterlenaan mereka: “Aku akan menggeledah Yerusalem dengan memakai obor dan akan menghukum orang-orang yang telah mengental seperti anggur di atas endapannya” (Zef. 1:12b). Allah juga menyuruh mereka untuk menanggalkan jubah mereka dan mengenakan kain kabung, yang berarti bahwa mereka harus merendahkan diri mereka.

 

Ketika kita terlena dalam iman, nilai-nilai dan prinsip kita mulai mengendur sedikit demi sedikit. Hal-hal sederhana yang dahulu kita perbuat dengan tekun dalam iman kita tidak lagi mempunyai nilai yang sama di mata kita. Saat itulah iman kita kemudian terus mundur. Tetapi Allah memanggil kita untuk keluar dari keterlenaan kita, dan sepenuhnya merendahkan diri di hadapan-Nya.

 

Pada saat itulah kita harus bangkit kembali dan dengan tekun melakukan hal-hal mendasar kembali: apakah kita dengan sepenuh hati mencari petunjuk Allah di Alkitab? Apakah kita dengan tulus membawa diri kita dalam doa ke hadapan-Nya? Apakah kita dengan sepenuh hati berusaha menyenangkan-Nya setiap hari?

 

Seperti menyelesaikan jurnal yang membutuhkan ketekunan hingga selesai, perjalanan iman kita juga membutuhkan perhatian kita hingga akhir.

 

Renungan

  1. Apakah Anda terlena dalam hidup Anda? Dalam iman Anda?
  2. Bila ya, apakah tindakan-tindakan yang dapat Anda ambil untuk kembali ke hadapan Allah?