Dalam satu waktu, para Ahli Taurat dan orang Farisi bertanya kepada Yesus mengapa murid-muridnya tidak mengikuti tradisi leluhurnya dengan tidak mencuci tangannya sebelum makan. Bukannya menjawab pertanyaan mereka, Yesus menunjukan kepada ahli Taurat dan orang Farisi tentang kemunafikan mereka. Ia menjawab, “Dan apakah kamu tidak melanggar perintah Tuhan untuk melakukan tradisimu?” Orang Farisi dan para ahli sangat terkejut, karena mereka tahu bahwa mereka berdosa.

Orang Farisi sangat terkenal karena ketelitian mereka dalam memegang hukum dan peraturan, sementara para ahli Taurat sangat mahir tentang hukum-hukum Tuhan. Mereka adalah sekelompok orang yang pada akhirnya memenuhi nubuat nabi Yesaya, bahwa “bangsa ini datang mendekat dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepadaKu hanyalah perintah manusia yang dihafalkan” (Yes 29:13). Yesus dapat dengan mudah melihatnya melalui rupa luar. Ia tidak menutupi ketidaksukaannya, malahan secara terbuka menegur.

Pada hari ini, apakah kita merasa jauh dari Tuhan walaupun kita secara terus-menerus datang ke gereja, tetap berdoa setiap hari, dan membaca Alkitab setiap hari? Jika demikian, maka kita perlu merefleksikan ulang cara kita menyembah Tuhan. Apakah kita hanya sekedar memuji dan berdoa dengan bibir, sehingga terlihat baik? Yesus sendiri berkata, “penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam Roh dan kebenaran” (Yoh 4:23).

Tindakan fisik untuk berdoa dan datang ke gereja tidak menunjukan penyembahan yang benar. Mereka perlu dilengkapi dengan ketulusan dan ketaatan. Jika hati kita bersih dan tulus, kita akan diteguhkan terus-menerus, dan ibadah kita akan menjadi aplikasi nyata sehari-hari dari Firman dan pengajaran yang kita terima. Ibadah kita dengan demikian menjadi cara hidup kita dan tidak dibatasi oleh beberapa jam yang kita habiskan di gereja setiap minggunya.

Orang Farisi dan para pengajar hukum telah menggantikan Firman Tuhan dengan tradisi manusia untuk menuruti keinginan daging mereka. Apakah kita juga mencoba mencari-cari alasan untuk membenarkan keinginan daging kita atau ketidaktaatan kita? Ingatlah bahwa “mendengarkan lebih baik dari korban sembelihan.” Jangan mau dibodohi, jika hidup dan perbuatan kita tidak sesuai dengan persyaratan Tuhan, ibadah kita akan sia-sia.

“Dengan apakah aku akan pergi menghadap Tuhan dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? Berkenankah Tuhan kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri? Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah mu?” (Mikha 6:6-8)