Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
Yakobus 3:2

Allah memperlihatkan diri-Nya kepada Abrahamn dan berkata, “Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.” (Kej. 17:1). Menjadi orang yang sempurna bukan saja perintah Allah, tetapi juga harus menjadi hasrat kesadaran kita. Walaupun mencapai kesempurnaan sangatlah sulit, kita harus berusaha keras menuju ke sana dengan segenap tenaga untuk menyenangkan Allah.

Apakah gambaran “orang sempurna”? Yakobus tidak mengemukakan banyak kriteria. Ia hanya menyebutkan masalah “perkataan”. Menahan diri dalam perkataan adalah awal mula untuk menjadi orang yang sempurna. Apabila seseorang tidak dapat mengendalikan lidahnya dan tidak bersalah dalam segala perkataannya, ia telah memahami aspek penting dalam menjadi manusia yang sempurna.

Dalam kehidupan sehari-hari kita mempunyai banyak kesempatan untuk berbicara. Apabila kita tidak berbicara dalam jangka waktu yang panjang, seluruh dunia mungkin akan jatuh dalam kekacauan. Bahasa adalah hal yang penting dalam komunikasi antar manusia. Tanpa perkataan, orang tidak dapat bertukar pikiran dan pendapat. Bagaimana orang dapat hidup bersama dengan damai dalam dunia yang tidak saling berkomunikasi? Tanpa pengungkapan pikiran dan perasaan, bagaimana kita dapat melampaui isolasi dan individualisme?

Penemuan api sangat penting dalam pembangunan peradaban manusia. Namun api yang kecil dapat membakar seluruh ladang. Menurut Yakobus, lidah serupa dengan api. Sebagai alat komunikasi, lidah adalah bagian penting seperti api dalam pembangunan dan penopang hidup. Tetapi perkataan yang sembrono akan meninggalkan masalah yang tidak habis-habisnya. Perkataan yang bijak adalah seperti apel emas di atas pinggan perak. Perkataan yang tidak bijak bukan hanya mencelakai orang yang mengucapkannya, tetapi juga merusak orang lain.

Jadi bagaimana kita dapat menjadi sempurna? Diam-diam saja karena takut mengucapkan hal yang sembrono sama saja seperti tidak berani makan karena takut tersedak. Dua panduan yang baik untuk berbicara, adalah dengan tidak tergesa-gesa dan berhati-hati. Jangan mengucapkan sesuatu bila itu tidak diperlukan. Apa yang harus diucapkan harus diucapkan dengan dipikirkan terlebih dahulu. Perlengkapi diri Anda dengan pengetahuan, dengan hikmat yang berasal dari pengetahuan akan kebenaran Allah, dan biarlah itu menjadi sumber perkataan Anda.