“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

 

“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”

 

Matius 6:24-25

 

Mungkin orang-orang sudah memahaminya, tetapi belum lama ini saya mulai memikirkan dua ayat ini dengan cara yang berbeda. Saya biasanya berpikir bahwa ayat-ayat ini berkata bahwa mengabdi dua tuan itu salah; yaitu melayani Allah dan Mamon (yaitu uang atau kekayaan). Melayani dua tuan serupa dengan penyembahan berhala, dan Allah menghendaki hati yang tidak mendua.

 

Itu adalah pemikiran yang benar. Tetapi saat menyelidiki segala masalah kuatir dalam khotbah Yesus dengan pikiran jernih, saya merasa bahwa ayat-ayat ini secara sederhana menekankan sebuah konsep yang sedikit berbeda.

 

“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan… Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

 

Ayat ini tidak berkata bahwa mengabdi pada dua tuan itu salah, dan tidak berkata bahwa kita tidak dapat melakukannya. Tetapi ayat ini berkata, tidak mungkin seseorang mengabdi pada dua tuan, dan apabila ia berusaha melakukannya, pada akhirnya ia akan mengabdi hanya pada satu tuan. Kita dapat menghubungkannya dengan tanah yang bersemak duri dalam perumpamaan penabur.

 

“Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.”

Matius 13:22

 

Ini dapat diumpamakan dengan seseorang yang berusaha mengabdi pada dua tuan. Ia mendengarkan firman dan ingin bertumbuh, tetapi kekuatiran dunia membuatnya tidak dapat berbuah. Dengan kata lain, walaupun ia berusaha mengabdi pada Allah dan kekayaan, pada akhirnya ia mengabdi pada kekayaan.

 

Apakah artinya bagi kita? Telah disebutkan betapa kita cenderung menguatirkan pendidikan atau pekerjaan, lagipula ini semua adalah demi kehidupan dan kesejahteraan kita. Tetapi apakah kehidupan kita menjadi prioritas yang melampaui keinginan kita untuk bertumbuh dalam Tuhan? Apakah kita berusaha menghasilkan buah di tengah-tengah semak duri?

 

“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu.”

 

Ayat yang melanjutkan ayat 24 ini tampak menohok bagi saya. Apabila kita sering kuatir, itu adalah gejala-gejala usaha mengabdi pada dua tuan. Apabila kita terus membiarkannya, kemungkinan besar tipu daya kekayaan akan menang dalam hati kita.

 

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

 

Dengan mengetahui hal ini, bagaimanakah agar kita tidak kuatir? Satu cara adalah belajar dari lima ribu orang. Mereka menghargai firman Allah lebih daripada hidup mereka, dan mengikuti Yesus selama tiga hari dan tidak makan. Beberapa di antara mereka mungkin kuatir dengan tidak adanya makanan dan pergi pulang. Tetapi Yesus berbelas kasihan kepada mereka yang kuatir namun tetap bertahan, dan memenuhi kebutuhan mereka, sehingga mereka menyadari bahwa mereka tidak perlu kuatir. Begitu kita mengalami dan menyadari akan kasih karunia Allah, saya yakin kita dapat meninggalkan banyak kekuatiran.

 

Catatan, tidak kuatir tidak sama dengan puas diri dan malas, sehingga tidak bekerja keras, mengira kita akan mendapatkan makanan, uang, atau apa saja, disuapkan kepada kita. Bersikap bijak berbeda dengan diliputi kekuatiran. Yesus menutup Matius pasal 6 dengan “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Itu berarti, hari ini kita masih harus melakukan apa yang perlu dilakukan, tanpa terjebak dalam kekuatiran akan masa depan. Allah mempunyai banyak janji bagi kita; tetapi untuk mendapatkannya, kita sendiri harus berusaha.