Kamu mungkin pernah ikut dalam sebuah diskusi seperti ini:

 

“Mengapa kamu tidak berhenti dan mulai bertanya?”

“Tidak, saya pikir saya akan balik kanan di persimpangan berikutnya.”

“Kamu bilang hal yang sama terakhir kali kita berbelok kekanan. Kamu tidak melihat petanyakan?”

“Tidak, aku tidak bisa membukanya.”

“Kalau kamu tidak bisa membuka peta, bagaimana kamu berharap bisa menemukan jalannya?”

“Oh, kamu tidak pernah percaya pada penilaianku. Saya akan belok kanan dan kita akan baik-baik saja. Lihat saja nanti.”

(Tiga belokan kanan berikutnya).“Kenapa kamu tidak pergi ke pom bensin tersebut dan bertanya?”

 

Kita sebagai orang Kristen sering menghadapi dilema yang serupa.Tuhan menyuruh kita menjadi orang asing di dunia, jauh dari rumah kita di Surga. Ketika kita menjalani hidup, sangatlah mudah untuk menjadi tersesat. Inilah mengapa Paulus meninggalkan kata-kata penuh berkat dalam Alkitab sekarang kepada jemaat di Tesalonika dan kita,.

Bagaimana kita begitu membutuhkan arahanTuhan di dalam hidup kita. Hanya Tuhan yang menciptakan iman yang memimpin kita untuk mengenal Yesus sebagai Juru Selamat. Hanya Yesus yang membentuk jalan ke Surga melalui kematianNya dan kebangkitanNya. Dan hanya Roh Kudus yang menunjukan arah secara jelas dan akurat.

Tentunya, kita bisa membaca Firman Tuhan sendiri. Tetapi, jugalah hal yang baik untuk mendengarkan dari mereka yang sudah mempelajari dan merenungkannya. Mereka bisa memberitahu kita batasan-batasan yang dapat membuat hal yang tidak lazim menjadi lebih lazim, hal-hal seperti salib dan kuburan  yang  kosong. Hal seperti roti dan buah anggur dan sungai kehidupan. Hal seperti pengampunan dan hidup menurut Tuhan. Semua ini membuat perjalanan kita ke Surga menjadi lebih mulus dan dapat dinikmati, walaupun memang panjang.

Tidakkah kamu merasa kembali kemasa kecil dan kembali bertanya, “apakah kita sudah sampai?”

Paulus berbalik dan berkata kepada kita, “Sabarlah. Kita akan sampai rumah sebentar lagi.”