Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. (Mrk. 5:32)

Kerumunan orang saling berdesakan di sekeliling Tuhan Yesus. Di tengah-tengah mereka adalah seorang perempuan yang telah memikul penderitaan selama dua belas tahun. Sangat mungkin ia telah bergonta-ganti dokter dan menghabiskan seluruh hartanya untuk mencari kesembuhan. Tetapi terlepas dari segenap perjuangannya yang tampak sia-sia, ia percaya bahwa ia masih dapat disembuhkan, apabila ia dapat menyentuh jubah Yesus. Dan karena iman itu, ia menerimanya.

Ia mendapatkan apa yang ia cari, dan a siap pergi tanpa mengucapkan satu kata pun.

Yesus dapat saja membiarkannya pergi. Ia harus pergi ke suatu tempat, dan orang-orang sudah menunggunya di sana. Tetapi Ia menyempatkan waktu untuk bertanya siapa yang menyentuh jubah-Nya. Bayangkanlah Tuhan kita Yesus Kristus berhenti dari perjalanannya untuk mencari di antara lautan wajah-wajah yang mengelilingi Dia untuk melihat perempuan itu.

Ia ingin mengenal perempuan itu, dan ingin agar ia mengenal-Nya.

Dalam tiga catatan kejadian ini dalam kitab-kitab Injil, ia datang kepada Yesus sebagai perempuan yang tidak dikenal, tetapi pergi sebagai “anak-(Nya)”. Ia maju ke depan, gemetar, untuk mencurahkan ceritanya di hadapan-Nya, tetapi ia pulang dengan kata-kata-Nya yang memberikan damai sejahtera. Pastilah ia sangat mensyukuri kata-kata penuh berkat itu.

Hari ini, kita memohonkan banyak permintaan dan kebutuhan kepada Tuhan kita. Apabila permohonan kita adalah sesuatu yang genting, kita berdoa dengan sepenuh hati, karena tahu bahwa Ia adalah harapan kita satu-satunya. Atas kelemahlembutan-Nya, Ia seringkali menjawab dalam belas kasihan-Nya. Tetapi walaupun Ia memberkati kita, menyembuhkan, dan menjawab doa kita, Ia menghendaki lebih dari itu.

Ia ingin mempunyai hubungan dengan kita. Jadi walaupun bukan kita yang terlebih dahulu mendekati Dia, Ia seringkali menantikan kita, seperti yang Ia lakukan pada perempuan itu, memberikan kesempatan kepada kita untuk memahami-Nya lebih dalam. Walaupun Tuhan kita yang maha kuasa mengetahui apa yang ingin kita sampaikan, Ia masih menginginkan kita menceritakan segala hal dalam pikiran kita, mencurahkan segala kepahitan kita, dan membagikan kesan hari-hari kita.

Mengapa?

Ia ingin mengenalmu dan dikenal olehmu.

Renungan:
Apakah Anda menerima apa yang Anda minta, lalu diam-diam pergi berbaur ke dalam kerumunan orang?
Selain memohon, sudahkah Anda menyediakan waktu hari ini sekadar untuk bercakap-cakap dengan-Nya?