Berfirmanlah Allah: “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.” Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. Kejadian 1:6-7

Setelah memisahkan terang dari kegelapan, Tuhan Allah menciptakan cakrawala, istilah yang berarti sebuah perluasan sesuatu seperti melebarkan kemah. Hari ini kita mengenalnya sebagai atmosfir yang meliputi bumi. Lebih lanjut, Allah memisahkan air di bawah atmosfir dengan air di atasnya. Dengan kata lain, ia memisahkan uap air dari air di bumi – permulaan siklus air dan cuaca.

Penciptaan atmosfir menunjukkan penyediaan dan perlindungan Allah yang penuh kasih. Atmosfir yang merupakan selimut udara, meliputi planet bumi dan menyediakan keadaan yang sempurna di permukaan bumi. Kita dapat bernapas dengan bebas karena atmosfir menampung cukup oksigen. Tidak hanya itu, atmosfir menyerap energi matahari, mengatur siklus air dan cuaca, melindungi bumi dari suhu-suhu ekstrem, menghangatkan bumi, dan menangkal radiasi ultraviolet dari matahari. Mungkin kita tidak banyak memikirkannya, tetapi secara hurufiah kita hidup di dalam perlindungan Allah, setiap hari!

Renungkanlah hasil penciptaan ajaib Allah yang lain: air. Tahukah Anda, bumi adalah satu-satunya planet yang kita ketahui pasti mempunyai air di permukaannya? Tanpa air, kehidupan di bumi tidak memungkinkan. Air yang setiap hari kita minum dan gunakan tidak ditemukan di planet lain. Siklus air juga merupakan keajaiban, yang menggerakkan air dari laut, langit, dan darat. Saat panas matahari mencapai bumi, air menguap dan berubah menjadi awan. Dan ketika uap air di dalam awan memadat, ia jatuh kembali ke bumi sebagai hujan. Dengan siklus yang terus berlangsung ini, bumi menerima penyediaan air segar terus menerus.

Allah menyuruh Yeremia untuk mengingatkan bangsa Israel bahwa Dia-lah yang melakukan berbagai perbuatan ajaib di udara dan di perairan: “Apabila Ia memperdengarkan suara-Nya, menderulah bunyi air di langit, Ia menaikkan kabut awan dari ujung bumi, Ia membuat kilat serta dengan hujan, dan mengeluarkan angin dari perbendaharaan-Nya” (Yer. 10:13). Merenungkan ciptaan-ciptaan Allah yang ajaib mengingatkan kita akan hubungan kita dengan Bapa surgawi. Saat kita mengambil napas panjang, dan merasakan hembusan angin, dan saat kita mengagumi langit yang biru, ingatlah betapa Allah memperhatikan kita. Saat kita meminum segelas air, dan mengagumi awan-awan yang selalu berubah, dan saat kita memandangi hujan dari jendela rumah, ingatlah untuk terus bersyukur.