Bersih, bersih, bersih… ada noda yang sulit dibersihkan. Bersih, bersih, bersih…

Secara perlahan, noda tersebut mulai memudar setiap gosokan pel hingga hilang. Sejenak aku berpikir, “Aku sangat lelah membersihkan noda ini. Haruskah aku terus melakukannya? Tidak ada yang tahu kalau aku membiarkannya.” Segera muncul pikiran di dalam benakku, “Bagaimana jika noda ini karena salahku?”

Bagaimana jika secara rohani, aku telah mengembangkan rasa bangga, rasa tersinggung, tidak sabar terhadap orang yang kelihatannya lemah lembut, tapi mudah marah ketika menjumpai situasi yang tidak mengenakkan. Tidak ada yang bisa mengatakan betapa buruknya aku saat itu.

Temanku akan berkata, “kamu sudah berubah!” Saudara-saudara di gereja akan berkata, “kamu berbeda dari biasanya.” Tapi, diriku yang lama masih ada didalam hatiku. Apa yang akan Yesus katakan mengenai hal ini?

Dalam Injil Matius pasal 6, Yesus menegur orang-orang Farisi yang memamerkan ajaran mereka agar di pandang banyak orang. Orang-orang Farisi mengutamakan yang terlihat di mata daripada yang di dalam. Meskipun orang lain tidak dapat melihat kerendahan hati kita, kita harus ingat jika ada seseorang yang bisa – TuhanYesus

Jujurlah kepada Tuhan mengenai dosa kita. Mintalah Tuhan untuk menghapus noda yang ada di dalam hati kita hingga putih seputih salju.

Sejenak, aku melihat lagi noda tersebut. “Sedikit lagi akan hilang,” Aku melanjutkan pekerjaanku dan membersihkannya hingga benar-benar bersih.

 “Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!.” (Mazmur 51:7)

Refleksi Diri :

  1. Apa noda di dalam hati kita?
  2. Masihkah penting bagi kita untuk membersihkan noda tersebut? Apakah kita sudah berhenti atau menyerah untuk membersihkannya?
  3. Apa langkah-langkah yang bisa kita ambil untuk “membersihkan” noda tersebut?