Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti (1 Kor 11:23)

Itu bukanlah sekadar malam biasa — ini adalah kata-kata Tuhan yang mengilhami Paulus untuk menulis. Bukan sebuah kebetulan, apa yang akan dilakukan Yesus untuk dosa manusia dilakukan pada malam yang sama dengan malam dimana Dia dikhianati.

Mungkin hal yang paling menyakitkan bagi Yesus selama masa hidup-Nya bukan karena orang-orang tertentu menentang-Nya atau tidak percaya kepada-Nya, tetapi siapa yang menghianati Dirinya. Di taman Getsemani, Yesus sudah merasa sangat sedih dan tertekan. Jika kita adalah Yesus dan harus minum cawan ini, mungkin akan lebih mudah diterima jika ada orang asing yang datang untuk membawa kita pergi. Tapi tidak, bayangkan bahwa itu adalah salah satu teman terdekat dan paling Dia percaya!

Namun karena kasih-Nya yang besar, Yesus melakukan beberapa upaya untuk menyadarkan Yudas sehingga dia mau bertobat. Bayangkan betapa sulitnya hal ini. Meskipun Yesus sangat terluka, Dia tidak pernah berhenti mencintai pengkhianat-Nya tetapi terus menanggung dosa seluruh dunia pada malam yang sama.

Kita diajarkan dunia bahwa kita seharusnya hanya mencintai mereka yang memperlakukan kita dengan baik. Namun, Yesus telah mengajar kita dengan hidup-Nya, “Kasihilah musuhmu, memberkati orang-orang yang mengutukmu, berbuat baik kepada orang-orang yang membencimu, dan berdoa bagi mereka yang dengan jahat memanfaatkanmu dan menganiayakamu” (Mat 5:44).

Yesus, meskipun tidak bercela, mati untuk kita sementara kita adalah orang berdosa. Namun pada hari ini, kita kesulitan memaafkan orang hanya karena mereka mengucapkan kata-kata menyakitkan kepada kita. Tidak seorang pun dari kita yang sampai dipukuli, ditumpahkan darah atau bahkan kehilangan nyawa kita, tetapi kebenaran yang menyedihkan adalah bahwa beberapa telah meninggalkan gereja karena konflik antar pribadi yang belum terselesaikan. Ini adalah sebuah panggilan peringatan dari pesan salib.

Ketika kita benar-benar tersentuh oleh kasih Kristus di kayu salib, mengampuni pelanggaran orang lain tidak lagi menjadi hal yang tidak mungkin. Ketika kita mengingat bagaimana Tuhan Yesus mengampuni, kita akan menyadari bahwa sebenarnya tidak ada dosa terhadap kita yang tidak dapat diampuni.

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.. (Yoh 13:34)

Pertanyaan untuk Refleksi

  1. Pikirkan peristiwa yang paling menyakitkan dalam hidup Anda. Bagaimanakah hal itu dibandingkan dengan apa yang Yesus alami?
  2. Apakah ada pelanggaran yang Anda rasa sulit untuk dimaafkan? Bagaimana teladan Yesus dapat membantu Anda?