Matthew, anak saya yang berumur tiga tahun, sangat menyukai mainan kereta api tut-tut-tut. Ketika kami membelikannya satu set kereta api mainan yang terbuat dari kayu, ia sangat senang. Untuk sesaat, mainan tersebut menjadi teman baiknya. Ia memainkannya sepanjang hari, setiap hari. Saya berpikir bahwa mainan tersebut akan menjadi investasi yang layak, karena tentunya akan menjadi mainan favoritnya untuk waktu yang lama. Sayangnya, antusiasme Matthew tidak bertahan begitu lama. Ia masih menyukainya, tetapi ia tidak bermain dengan mainan tersebut terlalu sering sekarang. Sebagaimana mainannya yang lain, mainan ini juga mengalami jangka waktu “perhatian lima menit” sebelum Matthew tertarik akan mainan yang lebih baru.

Pengarang surat Ibrani tampaknya sangat mengerti mengenai karakter manusia yang ini. Ia menulis bahwa kita dapat menjadi rekan dan partner Yesus Kristus hanya ketika kita mampu menjaga iman kita sampai akhir dan bukan hanya kesenangan sesaat. Ia tidak bicara mengenai iman yang asal-asalan, ia hanya secara khusus merujuk pada masa awal-awal iman kita. Apakah kamu masih mengingat rasa menggebu-gebu, rasa antusias, dan komitmen penuh yang kamu miliki ketika kamu pertama kali percaya kepada Kristus? Pada awal-awal kita percaya kepada Tuhan adalah saat kita memiliki iman yang paling murni dan kuat. Ketika Roh Kudus dicurahkan atas kamu, tidakkah kamu merasa menjadi pribadi yang baru yang siap memberikan dirimu sendiri kepadaNya?

Tetapi, kita hidup dalam dunia yang jelek dan penuh dengan pencobaan. Tekanan dan masalah dari pekerjaan, sekolah, rumah kita sendiri, atau bahkan gereja dapat dengan mudah mengalihkan perhatian kita dari Yesus Kristus. Setan selalu siap untuk menggunakan politik pekerjaan, tekanan sosial, konflik antar pasangan, atau masalah cara orang tua mengasuh untuk menjatuhkan iman kita dan membuat pandangan kita jauh dari Tuhan. Kita ingin selalu memandang kepada kemuliaan kekal, tetapi pada kenyataan sering membuat kita lemah dan frustasi. Sering kali kita merasa iman kita seperti menaiki roller coaster, naik dan turun.

Sebuah mainan kereta api hanyalah sebuah  mainan. Tidak heran seorang anak kecil menjadi bosan dan berpindah kehal lain. Tetapi Tuhan Yesus kita berarti lebih bagi kita: Ia adalah Juru Selamat dan Tuan kita. Tuhan Yesus sendiri mampu untuk menjaga kita dan memimpin kita melalui kehidupan, baik saat di atas maupun di bawah. Terserah pada kita sekarang apakah kita mau menjadikan hubungan kita dengan-Nya sebagai prioritas utama dalam hidup kita setiap saat dan bukan hanya sekedar pertemuan lima menit. Sangat mudah bagi kita untuk kehilangan fokus, mencoba dan mencari “mainan” di dunia ini (karir yang sukses, uang, rumah, mobil) dan merasakan kehampaan dalam hati kita.


Surat Ibrani mengingatkan kita untuk kembali keatas dan tetap berada di situ, yakni kembali ke iman kita yang semula, yang kita punya di awal. Hanya pada saat ini kita dapat mengambil bagian di dalam Kristus, dengan yakin mendapatkan tempat dalam kemuliaan-Nya yang kekal. Ketika kita merasa lemah dan berbeban dengan berbagai himpitan dunia, cobalah dengan keras untuk fokus pada tujuan akhir perjalanan kita, yakni memasuki kerajaan Allah. Jika kamu menetapkan pandanganmu kepada Yesus Kristus, kamu akan mampu mengatasi segala hal yang tidak mengenakan, buruk, dan sia-sia.