“Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan.” (Amsal 15:18)

Seorang yang bertemperamen tinggi itu seperti sebuah gunung berapi – sebuah gunung berapi, yaitu hati yang penuh sesak dengan amarah yang mencari celah untuk meletus. Dan bila saat itu tiba, hal itu sudah tentu melukai orang-orang yang dekat dengannya. Seorang yang sabar itu seperti sebuah aliran air yang mengalir tanpa henti dan dapat memadamkan api yang menyala-nyala, dan menenangkan hati yang bergelora. Ketika Rehabeam menjadi raja di Israel, rakyatnya datang memohon kepadanya untuk menngurangi beban mereka. Rehabeam mendengarkan nasihat dari teman-teman mudahnya dan menjawab dengan keras, “kelingkingku lebih besar dari pada pinggang ayahku! Maka sekarang, ayahku telah membebankan kepadamu tanggungan yang berat, tetapi aku akan menambah tanggungan kamu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi.” (2Taw. 10:10-11). Tentu saja bangsa Israel tidak dapat menerima kelaliman rajanya dan kembali ke rumah.

Filosofis terkenal Socrates dikenal karena karakternya yang baik. Walaupun ia menikahi seorang istri yang cepat naik darah, ia selalu mamu mengendalikan dirinya. Suatu hari, istrinya mengamuk di hadapannya, seakan ia dapat menelan Socrates. Karena melihat Socrates diam saja, ia mengambil seember air lalu menyiramnya ke kepala Socrates. Socrates yang basah kuyup hanya melongok ke atas seakan tidak terjadi apa-apa dan berkata, “hujan deras menyertai petir yang menggelegar”.

Kata-kata Rehabeam yang keras dan kejam kepada rakyatnya membangkitkan ketidaksukaan mereka dan membawa perpecahan pada kerajaan Daud. Sikap Socrates yang tenang memampukannya hidup dengan istri yang meledak-ledak. Dua contoh ini membawa pada dua hasil yang berbeda, dan memberikan kita pelajaran yang berharga: sikap cepat naik darah adalah sumber pertikaian, sementara kesabaran adalah seperti mata air kedamaian. Yesus Kristus adalah Raja damai, dan kita adalah murid-murid-Nya yang percaya pada firman kedamaian. Kita harus berusaha menjadi orang yang lembut; tidak hanya merelakan sebelah pipi kita, tapi juga berusaha mencapai prinsip yang lebih tinggi, untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. Dengan jalan ini, kita membangun kerajaan damai di bumi.

Renungan:
Apakah Anda orang yang cepat marah? Bagaimanakah caranya Anda dapat belajar menjadi lebih sabar dan tenang?