“Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.” (2 Korintus 1: 3-4)

Pernahkah anda perhatikan bahwa seringkali kita merasa sulit untuk melayani kebutuhan orang lain ketika kita sedang lelah, sakit, lelah, atau tertekan? Bukankah akan lebih mudah bagi kita untuk bersikap tidak sabar dalam menghadapi mereka? Kesadaran bahwa seseorang tidak dapat merawat orang lain tanpa terlebih dahulu merawat diri sendiri mungkin merupakan logika umum.

Namun, kehidupan nyata membuktikan sebaliknya. Berapa kali kita bertanya kepada orang lain tentang keadaan mereka hanya untuk berpikir mengenai masalah kita sendiri bahkan sebelum kita mendengar jawaban dari mereka? Atau seberapa sering kita membantu seorang teman dengan setengah hati atau bahkan tidak ada niatan sama sekali? Bagaimana keinginan awal untuk membantu berubah menjadi sekedar pemenuhan kewajiban?

Mungkin dapat dikatakan benar bahwa dalam keadaan tersebut kita tidak dapat sepenuhnya menunjukkan kasih kita kepada sesama kita karena kita sendiri merasa membutuhkan cinta yang tulus dan sepenuhnya. Naiklah ke pesawat dan dalam sepuluh menit pertama, pesan serupa diilustrasikan kepada kita oleh pramugari yang berada di depan kabin- dalam keadaan darurat, Pakailah masker oksigen Anda sebelum membantu orang di sekitar Anda.

Instruksi ini tidak diberikan atas dasar mentalitas mencari keselamatan diri sendiri tapi untuk keselamatan semua orang di pesawat. Jika masker oksigen Anda sendiri terlempar sembarangan di depan Anda, Anda mungkin akan pingsan sebelum Anda benar-benar bisa membantu orang di sebelah Anda. Selain itu, Anda tidak hanya menempatkan diri pada risiko, tetapi keselamatan orang lain juga. Dengan keadaan Anda sendiri yang tidak aman, Anda mungkin menghalangi atau merusak upaya orang lain terlepas dari niat baik Anda.

Sehubungan dengan kehidupan rohani kita, kekuatan yang mendukung kehidupan yang perlu kita isi ke dalam diri kita sebelum kita membantu orang lain bukanlah oksigen, tapi kasih. Dan sumber kasih ini adalah Allah sendiri, karena Allah adalah kasih. Seperti yang tercantum dalam 2 Korintus 1: 4 , Allah yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah..” Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa dalam rangka untuk memberikan penghiburan, pertama-tama kita harus menerima penghiburan tersebut.

Memberikan penghiburan hanyalah salah satu dari banyak cara Allah mengasihi kita dan juga cara  kita dapat mengasihi semua orang di sekitar kita. Dalam rangka untuk memiliki pasokan kasih Allah secara terus menerus memancar baik dalam diri kita dan terhadap orang lain, kita harus memperbaharui hubungan kita dengan-Nya setiap hari.

Menjalin hubungan yang kuat dengan Tuhan setiap hari untuk kehidupan rohani kita sama pentingnya dengan menghirup oksigen untuk kelangsungan hidup fisik kita. Usaha manusia hanya bisa membawa kita sejauh batas tertentu. Namun, asupan sering roh Allah dan firman-Nya akan berubah menjadi aliran kasih yang tidak pernah berakhir yang dapat disalurkan kepada orang lain secara efektif dan sepenuh hati.

Pertanyaan untuk refleksi:

  1. Kenali dalam dirimu apakah kondisi dari koneksi dan hubungan anda dengan Tuhan. Apa yang Anda temukan?
  2. Apakah kasih-Nya berakar dalam diri Anda ketika Anda berada dalam situasi untuk menghibur orang lain?