Dua Pertanyaan

Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat 16:13-16)

Ketika sampai di daerah Kaisarea Filipi,Tuhan Yesus mengajukan dua pertanyaan kepada murid-murid-Nya yang membuat mereka berpikir: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” dan “Apa katamu, siapakah Aku ini?” Tentunya Yesus tidak bertanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, karena Dia mengetahui pandangan orang lain pada diri-Nya, dan juga apa yang diketahui murid-murid-Nya tentang diri-Nya (Yoh. 2:24-25). Sebaliknya, Yesus mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini untuk membangun murid-murid. Apa yang dipikirkan orang lain tentang diri-Nya bukanlah perkara besar. Tuhan Yesus menginginkan murid-muridNya untuk merenungkan pandangan mereka sendiri tentang diri-Nya, dan kemudian mengarahkan mata mereka kepada-Nya agar mereka dapat melihat siapakah diri-Nya yang sebenarnya.

Mereka menjawab pertanyaan pertama, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”

Ketika Andreas dan Natanael pertama kali bertemu Yesus, mereka sudah mengakui bahwa Ia adalah Mesias (Kristus) dan Anak Allah (Yoh. 1:41, 49). Belakangan, murid-murid menyaksikan Yesus berjalan di atas ombak lautan, dan menyatakan, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” (Mat. 14:33). Walaupun telah mengalami pengalaman-pengalaman ini, mereka masih ragu – kabar-kabar burung tentang Yesus mungkin telah mengaburkan pandangan mereka tentang diri-Nya. Karena itu, Tuhan Yesus ingin agar mereka memastikan sekali lagi: “Sesungguhnya, siapakah Tuhan yang kamu ikuti?”

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat. 16:15-19)

Pemahaman Petrus tentang Tuhan Yesus tidak berasal dari pengajaran manusia ataupun hikmatnya sendiri, tetapi berasal dari wahyu Bapa di surga. Dalam perkara-perkara tentang Allah, apabila Ia tidak menunjukkannya kepada manusia melalui Roh-Nya, manusia tidak akan mampu memahami (1Kor. 2:10-13). Karena murid-murid sudah mengenal Yesus sebagai Anak Allah, jawaban Petrus yang diilhamkan oleh roh kemungkinan besar mewakili apa yang mereka semua percayai.

Menang Atas Alam Maut

Jawaban Yesus kepada Petrus: “Engkau adalah Petrus [petros, Yunani: “sebuah batu”] dan di atas batu karang ini [petra, Yunani: “sebongkah batu”] Aku akan mendirikan jemaat-Ku”. Seperti yang Yesus katakan di Matius 16:17, pemahaman Petrus berasal dari pengilhaman Allah (Roh Kudus) – yang merupakan “sebongkah batu” yang dirujuk ayat 18 (Ul. 32:4; 2Sam. 22:47; 1Kor. 10:4). Roh Kudus memampukan murid-murid untuk memahami wahyu Allah, sehingga mereka dapat membangun gereja (jemaat-Nya, NKJV: My church) di atas pemahaman yang benar dalam kebenaran keselamatan. Sesungguhnya, gereja adalah rumah Allah, dasar dan pilar kebenaran (1Tim. 3:15), yang dibangun di atas batu penjuru, yaitu Yesus Kristus (Ef. 2:20), sumber segala pengilhaman dan satu-satunya dasar gereja (1Kor. 3:11).

Yesus juga berkata bahwa “alam maut tidak akan menguasainya (gereja)” (Mat. 16:18). Maka kematian tidak akan dapat menguasai gereja yang dibangun oleh Yesus. Sebaliknya, gereja akan menang melawan kuasa dosa dan maut melalui Tuhan Yesus Kristus (1Kor. 15:55-57).

Gereja adalah Tubuh Kristus

Ketika Yesus berbicara tentang mendirikan gereja, Ia menyebutnya “jemaat-Ku”; dengan kata lain, jemaat sejati, atau gereja sejati, adalah milik-Nya karena telah ditebus dengan darah-Nya (Kis. 20:28). Ia menunjukkan kebenaran kepada gereja melalui Roh Kudus-Nya, sehingga gereja menjadi “rumah-Nya” dan pilar kebenaran (1Tim. 3:15). Manusia tidak dapat memisahkan gereja dari Tuhan Yesus; Pernyataan, “Aku percaya kepada Yesus, tetapi tidak kepada gereja, yang hanya merupakan sebuah organisasi” tidak dapat dijadikan alasan. Sesungguhnya, gereja sejati adalah tubuh Yesus Kristus (Ef. 1:23; Kol. 1:24), dengan Yesus sebagai kepalanya (Ef. 5:23). Kepala tidak dapat dipisahkan dari tubuhnya.

“Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus.” (1Kor. 12:12)

Tubuh terdiri dari banyak anggota tubuh – selain menunjukkan kumpulan jemaat di satu tempat, ini juga menunjukkan jemaat dari berbagai latar belakang suku bangsa, sosial, dan budaya (1Kor. 12:13-14). Paulus menyebutkan gereja sebagai “jemaat-jemaat Allah” (1Kor. 11:16; 1Tes. 2:14; 2Tes. 1:4). Ini menunjukkan bahwa gereja pada waktu itu terdiri dari banyak gereja di tempat-tempat yang berbeda. Setiap gereja setempat merupakan bagian integral dalam satu kesatuan gereja. Tidak ada gereja yang dapat mengaku terpisah dari gereja-gereja lain, karena bersama-sama mereka adalah jemaat-jemaat Allah. Begitu juga, gereja sejati pada hari ini terdiri dari sejumlah gereja-gereja lokal, dengan beragam latar belakang suku bangsa, di berbagai bangsa dan negara di seluruh dunia. Sebuah organisasi terstruktur dibangun untuk memungkinkan tubuh Kristus bekerja bersama-sama. Majelis-Majelis Pusat dan Pusat-Pusat Koordinasi membantu mengelola pekerjaan di tingkat nasional, sementara Majelis Internasional menyediakan koordinasi secara global. Dengan begitu, gereja-gereja dapat saling mendukung dan membantu, sehingga gereja secara kesatuan menjadi tubuh Tuhan Yesus yang mulia.

“Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.” (1Kor. 12:22-27)

Dalam perjalanan penginjilannya, Paulus mengunjungi gereja-gereja setempat (Kis. 15:36, 18:23, 20:1-2), dan ia menyadari bahwa di beberapa tempat, saudara-saudara tertentu mulai memberitakan ajaran sesat (Gal. 1:6-9; 2Tes. 2:1-2). Selain itu, Roh Kudus memberitahukan Paulus bahwa di waktu-waktu terakhir (hari-hari terakhir era para rasul, selain juga hari-hari terakhir di era sekarang), “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan.” (1Tim. 4:1) Ini mendorong Paulus untuk meninggalkan Titus di Kreta dan Timotius di Efesus, dan menyuruh mereka untuk menghentikan pemberitaan orang-orang yang menyebarkan ajaran-ajaran palsu (Tit. 1:10-14; 1Tim. 1:3). Paulus menasihati Timotius: “Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.” (2Tim. 1:13-14) Paulus menekankan pentingnya memelihara kesatuan iman di antara gereja-gereja Allah, sehingga tidak akan ada perpecahan di dalam tubuh Kristus.

Satu Set Kunci yang Lengkap

Kunci berfungsi untuk mengunci dan membuka (Why. 3:7). Karena itu, kunci-kunci kerajaan surga digunakan untuk membuka dan menutup pintu surga. Kunci-kunci ini melambangkan kebenaran keselamatan yang merupakan unsur penting bagi seseorang untuk dapat masuk ke surga.

Hanya ada satu jalan menuju surga. Ketika Yakub bermimpi tentang sebuah tangga menuju surga, ia tahu bahwa tempat itu adalah gerbang surga dan rumah Allah (Kej. 28:17). Belakangan, Yesus menunjukkan pentingnya tangga itu. Ia berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” (Yoh. 1:51) Yesus adalah tangga menuju surga. Ia adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak ada orang yang dapat datang kepada Bapa kecuali melalui Yesus (Yoh. 14:6). Karena gereja adalah tubuh Kristus (Ef. 1:23; Kol. 1:24), ini berarti gereja memegang kebenaran keselamatan yang dapat menyelamatkan kita – gereja memegang kunci-kunci kerajaan surga.

Tuhan Yesus berkata bahwa Ia akan memberikan kunci kerajaan surga kepada Petrus. Tetapi ini tidak berarti kunci ini diberikan kepadanya saja; Petrus mewakili para rasul dan nabi-nabi Perjanjian Baru (Ef. 2:19-20). Yudas menuliskan bahwa iman, kebenaran keselamatan, disampaikan oleh orang-orang kudus, secara kolektif, sekali untuk selamanya (Yud. 3). Dan Roh Kudus akan menuntun mereka dalam pengertian dan menguatkan isi kebenaran keselamatan, untuk mendirikan gereja sebagai pilar dan dasar kebenaran (1Tim. 3:15).

Pintu masuk kerajaan surga memerlukan sejumlah kunci. Hanya orang yang mempunyai satu set kunci yang lengkap, barulah ia dapat memasuki setiap gerbang (Why. 21:12-21); tidak boleh ada kunci yang luput. Ini untuk menunjukkan bahwa kebenaran keselamatan yang diberikan kepada gereja sejati adalah kebenaran yang sepenuhnya dan tidak bercacat cela. Gereja sejati mempunyai doktrin-doktrin yang sepenuhnya, akurat secara alkitabiah, karena Roh Kudus menuntun gereja kepada seluruh kebenaran.

Iman Bersama

Walaupun dasar-dasar kepercayaan gereja sejati adalah kebenaran yang sepenuhnya, masing-masing gereja setempat harus sepakat dalam satu pemahaman yang sama dalam doktrin (Gal. 1:6-9). Tidak boleh ada penafsiran atau sikap yang berbeda dan bertolak belakang dengan inti kepercayaan gereja. Contohnya, apabila satu gereja percaya akan pentingnya memegang hari Sabat sementara satu lagi tidak, mereka mempunyai dua iman yang berbeda. Atau apabila satu melakukan baptisan dalam nama Yesus Kristus di air yang hidup, sementara yang satu lagi di kolam buatan manusia dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, mereka mempunyai dua baptisan yang berbeda. Berapa pun jumlah gereja anggotanya, gereja secara kolektif hanya mempunyai satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, dan satu Allah (Ef. 4:4-6). Dan melalui panduan Roh Kudus, satu set kepercayaan-kepercayaan inti ini didirikan. Satu iman keselamatan ditetapkan oleh satu Tuhan. Karena itu, hanya ada satu iman bersama (Tit. 1:4), untuk melayani satu Allah yang sejati (Ul. 6:4; Mrk. 12:29; Yoh. 10:30, 17:3).

Hari ini, gereja sejati mempunyai mekanisme penelitian kebenaran yang mengklarifikasi pengertian-pengertian kebenaran yang tidak konsisten, serupa dengan sidang di Yerusalem yang dicatat di Kisah Para Rasul 15. Para anggota rapat penelitian kebenaran harus tunduk pada Roh Kudus, rela mencari kehendak Roh Kudus bersama-sama dalam satu hati, untuk meneliti dan memegang teguh kebenaran Alkitab (2Tim. 1:13-14). Lebih penting lagi, semua gereja setempat harus menjadi satu dalam kebenaran, agar gereja keseluruhan dapat memelihara kepenuhan gambar dan rupa Kristus (Ef. 4:13).

“Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak.Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.” (Mat. 13:11-13)

Tuhan Yesus mengizinkan hanya murid-murid-Nya untuk memahami rahasia kerajaan surga – inilah yang dimaksud menerima kunci yang dapat membuka gerbang-gerbang surga. Murid-murid telah meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus dengan sepenuh hati; mereka rela mendengarkan ajaran-Nya dan memegangnya. Tuhan Yesus tidak akan membuka rahasia kerajaan surga kepada orang-orang yang tidak mempunyai hati untuk mengikuti-Nya, yang hanya ingin melihat mujizat atau ikut-ikutan orang banyak. Karena mereka “sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti” (Mat. 13:13), mereka serupa dengan orang-orang yang dikunci di luar gerbang.

Mengikat Dan Melepaskan

“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Mat. 16:19)

Di sini, Yesus tidak sedang membicarakan mengikat atau melepaskan manusia. Karena pernyataan ini berhubungan dengan kunci kerajaan surga, pernyataan ini tentu menunjukkan praktik-praktik yang menyangkut mengunci dan membuka pintu gerbang kerajaan surga.

Dari Kitab Kisah Para Rasul, kita dapat melihat dengan jelas bahwa rahasia kerajaan surga dinyatakan kepada para rasul, melalui pekerjaan Roh Kudus. Ketika Tuhan memberikan kunci-kunci kerajaan surga kepada gereja, Ia menganugerahkan kuasa untuk mengikat dan melepaskan kepada gereja. Ia akan dapat membedakan ajaran-ajaran mana yang harus dipegang dari aturan-aturan yang tidak berhubungan dengan keselamatan. Apa yang dinyatakan gereja di bumi, adalah kehendak Allah. Misalnya, dosa manusia hanya dapat dihapuskan melalui baptisan air yang dilakukan sesuai dengan Alkitab (Kis. 22:16). Kebenaran keselamatan ini diikat di bumi dan juga di surga – tidak ada orang yang dapat dihapuskan dosanya kecuali ia dibaptis di dalam nama Yesus. Ini adalah salah satu kunci kerajaan surga. Di sisi lain, aturan sunat, hukum-hukum tentang persembahan korban, dan upacara-upacara penyucian yang berbagai macam di Hukum Taurat dilepaskan oleh Roh Kudus melalui para rasul; mereka yang mencari keselamatan tidak terikat dengan hal-hal ini.

Sidang di Yerusalem (Kis. 15) adalah pertemuan pertama gereja para rasul yang bertujuan untuk meneliti kebenaran. Mereka membahas perkara apakah jemaat dari bangsa-bangsa bukan Yahudi perlu melalui sunat dan mengikuti Hukum Taurat. Setelah perdebatan panjang, Petrus, Barnabas, dan Paulus masing-masing bersaksi tentang pengalaman mereka ketika memberitakan injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Mereka menyampaikan bagaimana jemaat-jemaat itu percaya dan menerima Roh Kudus, dan hati mereka disucikan oleh iman (Kis. 15:7-9). Terakhir, Yakobus menarik sebuah kesimpulan, yang disepakati oleh semua para rasul dan penatua-penatua (Kis. 15:13-21). Mereka memutuskan untuk menuliskan sebuah dekrit kepada semua gereja:

“Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat.” (Kis. 15:28-29)

Ketika merenungkan kembali pekerjaan Roh Kudus, para rasul kemudian menyadari bahwa jemaat-jemaat dari bangsa bukan Yahudi yang percaya kepada Tuhan tidak terikat dengan sunat; aturan ini tidak lagi mengikat, tidak seperti “yang perlu”, yang harus dipegang oleh semua orang percaya.

Keputusan Roh Kudus dan Keputusan Kami

Walaupun para peserta sidang di Yerusalem saling berdebat, mereka pada akhirnya taat pada tuntunan Roh Kudus. Ini tidak saja menunjukkan proses pengambilan keputusan, tetapi juga bagaimana mereka menentukan arah yang dituntunkan Roh Kudus kepada mereka.

Ketika para rasul menelusuri lagi pekerjaan-pekerjaan Roh Kudus, mereka dapat mengenali kehendak-Nya. Di Kisah 10, Roh Kudus menyuruh Petrus, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” (Kis. 10:15). Setelah itu, Roh Kudus mengutus Petrus ke rumah Kornelius, seorang bukan Yahudi. Ketika Petrus masih berkata-kata, Roh Kudus turun ke atas mereka. Melihat ini sebagai konfirmasi Roh Kudus bahwa mereka telah diterima oleh Allah, Petrus membaptis orang-orang yang tidak disunat itu tanpa ragu-ragu lagi. Di Kisah 13, Roh Kudus mengutus Barnabas dan Paulus ke Kreta dan Galatia. Pada awalnya mereka pergi ke rumah ibadah Yahudi untuk menginjil dan bertukar pendapat. Walaupun beberapa orang Yahudi percaya, Paulus dan Barnabas seringkali ditolak dan dicerca. Karena itu mereka beralih menginjili bangsa-bangsa lain, yang akhirnya menerima injil, dan dibaptis ke dalam Tuhan (Kis. 16:15, 33, 18:8).

Roh Kudus menuntun para pekerja awal ini di jalan yang belum mereka tempuh, dan mereka hanya dapat mengikuti (Ref. Yohs. 3:3-4). Melalui Petrus, Paulus, dan Barnabas, Roh Kudus membuka jalan keselamatan bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan memimpin mereka di sepanjang jalan. Karena itu, Yakobus yakin bahwa Roh Kudus menghendaki untuk “jangan ditanggungkan lebih banyak beban” kepada jemaat-jemaat bukan Yahudi selain pantangan-pantangan dari hal-hal yang telah dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari binatang yang mati dicekik, dan dari percabulan. Para rasul dan tua-tua melepaskan beban Hukum Taurat dari leher jemaat bangsa-bangsa bukan Yahudi. Di waktu yang sama, jemaat terikat dengan empat larangan. Setelah gereja-gereja menerima surat ini, mereka “diteguhkan dalam iman dan makin lama makin bertambah besar jumlahnya.” (Kis. 16:5) – keputusan yang ditetapkan oleh para rasul dan para penatua dipastikan di surga, yaitu, apa yang mereka ikat di bumi juga terikat di surga, dan apa yang mereka lepaskan di bumi juga dilepaskan di surga.

Hari ini, gereja sejati masa akhir juga menekankan ketaatan pada tuntunan Roh Kudus. Sembari Roh Kudus memimpin pertumbuhan gereja dalam masa-masa para rasul, Roh terus memimpin gereja di masa sekarang, menjelaskan setiap ketidakpastian yang dapat timbul dalam pemahaman kebenaran keselamatan. Gereja sejati tidak mengikuti seorang pemimpin, atau mengagungkan individu tertentu karena hikmat dan pengetahuannya. Sebaliknya, gereja meneliti jejak Roh Kudus dan mengikuti dan memegang iman bersama, kunci-kunci kerajaan surga.