Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus…
Lukas 22:61

Bagian ini selalu berkesan bagi saya. Dimulai ketika Tuhan memandang lurus kepada Petrus. Yesus bahkan tidak perlu berkata apa-apa. Begitu ayam jantan berkokok, Yesus memandangnya, dan Petrus teringat akan perkataan Tuhan, lalu menangis dengan sangat.

Dalam perjalanan iman, kita dapat menjadi kebal rasa terhadap Tuhan. Khotbah-khotbah terasa kering dan membosankan. Pelayanan menjadi rutinitas. Tanpa kita sadari, kita mulai lebih mempedulikan keinginan-keinginan kita ketimbang melayani Yesus dan sesama saudara-saudari seiman. Allah menjadi aktivitas ekstrakurikuler, tidak lagi menjadi pusat kehidupan kita. Kita mungkin ingin berkorban untuk Yesus, tetapi kita tidak dapat melakukannya. Kita bahkan mungkin menyangkal-Nya.

Namun Yesus mengasihi dan memperhatikan kita. Saat kita berkelana, Ia memandang dan menyadarkan kita. Pada saat itu seperti ada jam beker berbunyi dalam kepala kita, dan kita terbangun. “Apa yang aku pikirkan? Apa yang sedang aku lakukan?” Jam beker itu mungkin berbentuk sebuah khotbah, ayat dalam kidung, pikiran yang tiba-tiba saja muncul dalam doa, atau sesuatu yang diucapkan seorang jemaat. Tiba-tiba saja, kita teringat akan firman-Nya.

Kita mengingat bahwa kita adalah milik Allah, bukan milik kita sendiri – kita diciptakan untuk melayani Dia. Satu pandangan dari Yesus dapat menyadarkan betapa jauh kita telah tersesat dari jalan yang benar, dan itu cukup untuk membuat kita menangis.

Hari ini, banyak di antara kita tahu apa yang benar. Kita mengenal ajaran-ajaran Yesus. Kita tahu apa yang harus kita lakukan. Namun tanpa kita sadari kita lupa dan tersesat seperti Petrus. Marilah kita menjawab panggilan Yesus dengan menetapkan hati untuk kembali kepada-Nya dan tetap setia.

Renungan
Bagaimana Yesus membangunkan Anda hari ini?