Rasul Paulus menginginkan agar kita memiliki hati seperti Kristus. Apakah hati Kristus tersebut? Tuhan Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Mat 11:29). Lalu apakah sikap rendah hati itu? Di sini pemazmur menggambarkan kerendahan hati dan kedamaian batin sebagai berikut:

Nyanyian ziarah Daud. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. (Mzm 131: 1-2)

Dalam pencarian rohani kita, kita mungkin ingin menjelajah hal-hal besar dan ajaran Alkitab yang mendalam. Bahkan kita mungkin mencoba menyelidiki tujuan Tuhan dan mengetahui misteri Tuhan. Namun, ketika kita membahas hal-hal yang tidak dapat terungkap, apakah kita mengingatkan diri kita bahwa pikiran dan temuan kita mungkin hanya spekulasi? Rasul Paulus berkata, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal. “(1 Korintus 13:12).

Demikian pula dalam perjalanan iman kita, terkadang kita merasa seperti diri kita berjalan dalam labirin, tidak melihat jalan yang jelas atau memiliki arah. Kita bertanya-tanya mengapa Tuhan membiarkan hal-hal yang menyakitkan atau menyedihkan terjadi pada anak-anak-Nya. Saya pernah terhibur dari beberapa doa di masa muda saya melalui ayat-ayat ini:

Dan walaupun Tuhan memberikamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia, dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya,” entah kamu menganan atau mengiri. (Yesaya 30: 20-21)

Meskipun mungkin kita tidak dapat segera memahami tuntunan dan tujuan Allah untuk hidup kita saat ini, kita hanya perlu mempercayai Dia dengan sikap rendah hati, kejalan mana pun Dia membawa kita. JalanNya akan membawa kedamaian batin yang sangat kita rindukan, seperti anak yang disapih dengan ibunya.

Pertanyaan untuk Refleksi

  1. Apakah kita kadang-kadang menemukan diri kita peduli dengan hal-hal di luar kita? Bagaimana kita bisa mengingatkan diri kita untuk bersikap rendah hati?
  2. Mengapa kita harus memiliki sikap rendah hati disaat kita menghadapi kesengsaraan atau merasa tersesat?