“Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.”
Lukas 7:37, 38

Bertahun-tahun lamanya saya bekerja mencari uang siang dan malam dalam usaha saya, menelantarkan suami dan anak-anak, karena ketamakan duniawi. Tetapi karena kasih karunia Tuhan, Ia menegur saya dengan kesulitan dan kesusahan, sehingga saya menyadari kesalahan-kesalahan saya: kehidupan pernikahan saya berada di ujung tanduk, dan saya telah melewatkan bertahun-tahun masa kecil anak-anak saya, dan itu semua tidak akan pernah kembali lagi.

Saya tahu bahwa saya harus kembali kepada Tuhan dan bertobat, tetapi saya hanya dapat merasakan kepahitan, keputusasaan, dan gentar. Saya ingin berhenti berkebaktian dan mengundurkan diri dari seluruh pelayanan di gereja. Saya memikirkan untuk pergi dan pindah ke tempat lain. Saya sudah siap untuk meninggalkan iman saya.

Saat kita terjebak dalam dosa, secara alami kita ingin melarikan diri dari Tuhan, dan bersembunyi dalam kepahitan. Kita merasa tidak mampu untuk mendaki keluar dari lubang yang gelap itu. Kita ragu-ragu untuk berdoa dan menghadapi saudara-saudari seiman, dan sulit rasanya untuk percaya bahwa kita dapat memulai hidup yang baru dalam Kristus.

Perempuan yang berdosa dalam ayat di atas memutuskan untuk tidak melarikan diri dan bersembunyi. Ia justru mengumpulkan keberanian untuk mencari Yesus, dan memohon kesembuhan atas jiwanya yang remuk. Ia tidak mempedulikan dengan pandangan orang-orang yang menghakiminya, meremehkannya karena dosa-dosa yang telah ia perbuat.

Perempuan terbuang ini memohon belas kasihan Yesus, karena Dia-lah satu-satunya harapan keselamatan bagi jiwanya yang terbelenggu dosa. Dengan membasuh, menyeka, mencium dan mengurapi kaki Yesus, ia menunjukkan kasih dan imannya.

Saat saya menyadari perzinahan rohani yang telah saya lakukan, saya meninggalkan usaha dan pekerjaan saya. Saya menghadapi masalah-masalah keluarga saya dan bekerja keras untuk setia melayani di gereja. Saya membawa jiwa saya yang hancur kepada Tuhan dalam doa setiap hari, dengan berurai air mata memohon kepada-Nya untuk memulihkan saya. Walaupun saya tidak layak, saya memperoleh belas kasihan, kemurahan, dan berkat-berkat yang tak terkira.

Tidak pernah ada kata terlambat untuk kembali kepada Tuhan. Ia akan menerima kita ke dalam pelukan-Nya. Dengan iman, kita dapat percaya bahwa Ia akan memulihkan kita. Seperti yang Yesus katakan kepada perempuan berdosa itu, Ia juga akan berkata kepada kita, “Dosamu telah diampuni. Imanmu telah menyelamatkanmu. Pergilah dalam damai.”

Renungan:
Walaupun kita sudah menjadi Kristen, kadang-kadang kita berjalan menjauhi Tuhan. Langkah apa saja yang dapat kita lakukan untuk kembali kepada Tuhan?