Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya.
Amsal 26:11

Seperti yang sudah atau belum Anda tahu, anjing mempunyai kebiasaan untuk menjilati tubuhnya, dan itu sebabnya saya enggan menengok apabila saya mendengar suara-suara itu keluar dari anjing saya yang duduk di kursi belakang mobil. Tetapi beberapa menit kemudian saya mendengar suara-suara jilatan itu bertambah keras dan lebih giat. Yang mengherankan adalah saya tidak pernah mendengar anjing saya melakukan hal ini begitu lama dan kencangnya. Saat saya akhirnya menengok, saya sangat terkejut melihatnya tidak sedang menjilati dirinya, tetapi menjilati genangan muntahannya sendiri! Tidak perlu diuraikan lagi, saya sendiri hampir muntah setelah sedikit saja mengendus bau tak sedap itu, apalagi melihat pemandangan itu, dan mendengar anjing saya dengan siap sedia terus saja menjilatinya, tidak mempedulikan omelan saya dan usaha sia-sia untuk mencegahnya.

Begitu juga, Tuhan kita Yesus Kristus yang mengasihi dan murah hati berusaha untuk mencegah kita dari muntahan kita sendiri, yaitu dosa. Namun kita dengan bebalnya memberontak melawan-Nya, untuk terus menjilatinya, terus melakukan dosa. Terdengar jorok, tetapi itu benar. Yang lebih parah adalah kadang-kadang kita begitu mati rasa sehingga kita tidak mencium bau yang tak sedap itu atau menyadari betapa jorok dan kotornya hal itu di hadapan mata-Nya. Ia telah memberikan panduan untuk kita ikuti demi kebaikan kita sendiri, agar kita dapat diluputkan dari penderitaan dan akibat dosa. Tetapi bukannya dengan bersyukur menerima hukum-hukum-Nya yang dimaksudkan untuk menyelamatkan kita dari dosa, kita malah dengan kesal atau bahkan dengan sengaja memberontak, mengira Ia sedang menghalang-halangi kebebasan kita. Kita mungkin dengan angkuh melakukan hal-hal dengan jalan kita sendiri, seakan-akan kita lebih tahu daripada Tuhan yang maha kuasa!

Jadi lain kali Anda menghadapi godaan untuk melakukan dosa lagi – apakah itu dalam pikiran, ucapan, atau tindakan – pikirkanlah hal itu dengan mengingat renungan ini, dan ambillah keputusan yang tepat. Apakah Anda akan berkeras hati untuk kembali kepada muntah Anda lagi, atau apakah Anda akan tunduk pada tuntunan lembut Allah, untuk mengikuti peringatan-peringatan-Nya yang bijak?

Renungan:
Langkah-langkah nyata apa yang akan Anda ambil agar tidak kembali kepada “muntah” Anda, mengulangi “kebodohan” yang sama?