Sebagai jemaat gereja sejati, pada awalnya kita memegang iman yang sederhana. Tetapi, setelah berlalunya waktu, apakah pekerjaan iman kita menjadi lebih sulit dan rumit? Walaupun beberapa orang berkata bahwa hidup itu rumit, mengapa masih saja ada orang yang menemukan bahwa hidup itu sederhana, dan hidup beriman sembari menapaki panjangnya kerumitan hidup? Kita dapat menemukan jawaban-jawabannya pada kehidupan dan pelayanan Paulus bagi Kristus.

Pengampunan Paulus
Pertemuan Paulus dengan Kristus di Damsyik mengajarkannya bahwa selama ini ia salah. Kesalahan yang ia perbuat bukanlah sekadar menganiaya dan menghukum mati murid-murid Kristus. Kejahatan paling besar yang telah diperbuat Paulus adalah menganiaya Kristus sendiri. Bagi Paulus, apabila bukan karena belas kasihan Allah melalui anugerah Kristus, kejahatan sebesar itu tidak mungkin dapat diampuni.

Pembaptisannya ke dalam pengampunan Kristus memateri sebuah prinsip yang terus dipegang Paulus hingga akhir hidupnya, bahwa ia harus senantiasa mengampuni siapa saja yang berdosa kepadanya. Mengampuni menjadi rumit karena kita memusatkannya pada rasa sakit yang kita derita, dan mengedepankan alasan-alasan pembenaran diri untuk tidak sungguh-sungguh mengampuni. Setiap kali Paulus mengabarkan injil, penyaliban Kristus senantiasa tergambar di hadapan matanya. Gambaran Kristus itu menjadi kenyataan yang senantiasa hadir, yang mendesaknya untuk memberikan reaksi yang benar kepada mereka, seiman maupun tidak, yang berbuat jahat kepadanya. Paulus telah bersalah kepada Kristus, tetapi diampuni. Itu sebabnya mengapa mengampuni orang lain adalah sesuatu hal yang sederhana baginya.

Teguran Paulus
Teguran Paulus kepada Petrus di hadapan orang lain mungkin dapat dilihat sebagai suatu perilaku yang tidak pantas. Paulus menghadapi Petrus di hadapan matanya dan menegurnya di hadapan semua orang, murid-murid dari bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa lain, dan rekan-rekan sekerja. Tentu saja, Paulus tidak bermaksud mengejek Petrus saat ia menyebutnya sebagai pilar seperti Yakobus dan Yohanes. Begitu juga, teguran Paulus tidak bermaksud mengajarkan bahwa kita boleh sembarang menegur siapa saja, kapan saja, sesuka kita, membenarkan tindakan yang didorong oleh perasaan impulsif dan sembrono.

Paulus melihat keseriusan tindakan Petrus yang secara tidak sengaja akan menyebabkan iman jemaat bangsa bukan Yahudi tersandung. Apabila saat itu Paulus tidak menunjukkan kesalahan Petrus, mereka akan mulai berpikir bahwa mungkin orang-orang yang berusaha mengajarkan bahwa sunat itu diperlukan untuk mendapatkan keselamatan, adalah benar. Bagi beberapa orang, mungkin bertindak untuk menunjukkan kesalahan itu adalah hal yang rumit dan akan menyebabkan polemik. Tetapi itu sederhana saja bagi Paulus: kesejahteraan rohani jemaat bangsa lain dan seluruh gereja yang didasari pada iman dalam injil Kristus akan terancam apabila ia membiarkan kesalahan itu berlanjut. Paulus tidak bersikap sok jago. Ia bertindak sebagai gembala yang setia. Itulah sebabnya, dalam keadaan seperti itu, menegur orang lain adalah keputusan yang sederhana.

Permohonan Paulus
Permohonan Paulus kepada Kaisar Roma dapat dilihat sebagai keputusan yang tidak perlu, memperumit hidupnya sendiri, dan mungkin tampak seakan ia membatasi kemampuannya untuk dapat mengabarkan injil dengan bebas. Saat ia sebenarnya mempunyai kesempatan untuk membebaskan diri, ia justru memperkuat belenggu yang menggantungi tangannya dengan mencari keadilan di hadapan Kaisar. Walaupun orang-orang Yahudi mendakwanya dengan dakwaan-dakwaan tidak berdasar dan beralasan, dan telah dengan berbagai cara berusaha membunuhnya, permohonannya membuka beberapa keuntungan: pertama, perlindungan gratis dari tentara Romawi. Kedua, jalur terbuka melalui sistem peradilan untuk mengabarkan injil kepada pejabat-pejabat tinggi, dan kadang-kadang di tempat umum baik kepada orang-orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain, yang sesuai dengan tujuan Kristus bagi Paulus. Ketiga, untuk menggapai mereka yang dipenjarakan, seperti Onesimus. Keempat, pada akhirnya ia mendapatkan kepercayaan dan hormat dari perwira tentara Romawi.

Walaupun senantiasa dijaga tentara Romawi di dalam rumah sewaannya sendiri, ia dapat mengundang pemimpin-pemimpin orang Yahudi untuk datang dan mendengarkan injil, dan menerima orang-orang yang datang kepadanya. Apa yang tampaknya sebagai hal yang rumit, menjadi sederhana. Perjuangan Paulus untuk menggenapi kehendak Allah menjadi lebih berhasil. Walaupun tampaknya suatu cara yang tidak biasa, Prinsip Paulus yang kuat untuk hidup dalam tekad untuk mati demi Kristus menjadikan hidupnya sederhana.

Iman paulus yang sederhana berasal dari kasih Kristus yang setia kepadanya. Kasih itu mendorongnya untuk mendaki gunung-gunung kesulitan yang tampaknya tidak mungkin dikalahkan, seperti mengampuni, menegur, dan mencari keadilan, agar sebanyak mungkin orang mempunyai kesempatan untuk mendengarkan injil. Belum lama ini, saya sekali lagi mendengar kesaksian hamba-hamba yang setia di masa lalu, bersama keluarga mereka, meneladan Abraham, meninggalkan pekerjaan kehidupan yang lama untuk mengikuti Yesus dan sepenuhnya mengabarkan injil. Saat mendengarkan kesaksian seperti itu, saya tidak dapat mencegah diri saya untuk berpikir, “Mengapa harus melalui segala kerepotan itu? Apakah imbalannya setimpal?” Pada awalnya kehidupan mereka mudah saat meninggalkan gaya hidup yang mapan dan masuk dalam kehidupan sederhana sebagai hamba Tuhan. Namun standard hidup yang sederhana itu pun terus menanjak saat kebutuhan hidup terus meningkat. Hidup menjadi rumit. Banyak hal menjadi menantang. Tetapi mereka tetap setia. Mereka tidak bergeming dari tugas yang diembankan kepada mereka oleh Yesus Kristus. Melalui berbagai cara, mereka mampu melalui dan keluar dari segala kesulitan itu, menjadi hamba-hamba yang lebih kuat, menyaksikan syukur dengan bersaksi tentang tuntunan Allah saat kehidupan mereka pahit. Itu merupakan buah dari iman yang sederhana. Kiranya Tuhan memberkati jemaat Gereja Yesus Sejati dengan iman yang sederhana. Amin.

Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.
Yesaya 51:3

Renungan:
1. Dapatkah Anda melihat apabila iman Anda dapat disederhanakan?
2. Manakah yang Anda pilih: nurani yang jernih atau kehidupan yang lebih mudah?