“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. (Luk 16:10)

Ketika saya masih muda, ayah saya sering memarahi saya karena tidak teliti pada hal-hal kecil. Contohnya : saya memeras kain basah hanya sedikit dan meletakkannya di tepi wastafel dapur kami. Tapi Ayah menunjukkan kepada saya bahwa saya harus memeras sekering mungkin dan menggantungnya agar kain bisa kering lebih cepat dan orang berikutnya bisa menggunakannya. Hal-hal kecil memang penting.

Namun kita cenderung lupa atau dengan nyaman mengabaikan hal-hal kecil, baik dalam interaksi kita dengan orang lain dan dengan Tuhan. Kita berpikir bahwa hal tersebut tidak terlalu penting selama kita tidak menyakiti siapa pun. Kadang-kadang kita mungkin mengatakan sedikit kebohongan putih hanya untuk menolak undangan makan malam dari rekan kerja. Sesekali, kita mungkin bergosip sedikit tentang Saudara A dan saudari B. Mungkin kita memutuskan untuk melewatkan kebaktian Sabat untuk pergi ke acara khusus yang hanya diadakan setahun sekali. Jauh di lubuk hati, kita mungkin tahu bahwa Allah tidak senang dengan tindakan kita, tapi kita mengatakan kepada diri sendiri bahwa Tuhan tidak akan bersikap keras selama kita tidak melakukan dosa besar; mau bagaimanapun juga Dia mengerti dan memaafkan kelemahan kecil kita. Tapi apakah memang benar seperti itu?

Jika Tuhan tidak peduli tentang hal-hal kecil, mengapa Dia menghentikan Musa dan Harun dari memasuki tanah Kanaan hanya karena mereka memukul bukit batu itu di Kadesh, bukannya berbicara pada batu tersebut (Bil 20: 1-12)? Mengapa Dia akan memberikan upah kepada kita hanya karena kita sedikit berbagi secangkir air sejuk dengan saudara-saudara kita yang paling kecil?

Allah sendiri setia (Ulangan 7: 9; 1 Korintus 1: 9), Kristus setia (Ibrani 3: 1-2), dan Dia ingin anak-anakNya untuk setia juga (Why 2:10). Ketika kita melihat lebih dekat ke dalam Kitab Suci, kita menemukan bahwa kesetiaan memerlukan ketelitian dalam menjalankan perintah-perintah Allah-  sebuah cermin dari kehendak-Nya.

Bahkan, jika kita setia kepada Tuhan, kita menunjukkan kepercayaan kita dalam kata-kata-Nya dan menjunjung tinggi Allah. Jadi Ayah memang benar: hal-hal kecil berarti-bahkan untuk Tuhan.

Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”(Mat 25:21)

 

Pertanyaan untuk Refleksi :

1 Apa saja hal-hal kecil dalam hidup anda dimana anda cenderung mengabaikan firman Allah?

2.Bagaimana anda bisa lebih setia kepada firman Allah?