Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.
2 Korintus 8:14
Dalam dunia ini, kesetaraan berpadanan kata dengan keadilan, kesamaan, dan “hak-hak” individual. Sebagai anggota masyarakat, kita menganggap bahwa kita masing-masing mendapatkan kesempatan dan hak yang sama seperti tiap-tiap orang. Saat kita tidak mendapatkan kesamaan itu, kita seringkali merasa hak kita dirampas. Tidak heran apabila kita merasakan tidak nyaman dalam hati kita, dan cenderung melihat gelas yang setengah kosong ketimbang setengah penuh. Dalam dunia yang memegang semboyan “yang kuat, yang menang”, kesetaraan menjadi perlindungan dan jaminan kita: memberikan kesempatan untuk menerobos kehidupan. Kita mengandalkannya, ketimbang mengandalkan Allah.
Konsep kesetaraan yang diajarkan dalam Alkitab sangat berbeda dengan kesetaraan yang dipahami oleh masyarakat. Dalam Alkitab, kesetaraan berarti murah hati dan seni saling memberi. Dunia mengajarkan kita untuk menjaga dan memelihara diri sendiri, tetapi Alkitab mengajarkan untuk saling memelihara, menasihati dan mendorong dengan kasih dan murah hati. Kesetaraan, seperti yang diajarkan Paulus dalam
Kita tidak selalu kuat, dan ini adalah dinamisme iman Kristen, dan dialog kasih. Kita memberi saat kita berlebih, dan dengan rendah hati menghargai pemberian orang lain saat kita kekurangan. Karena itu kita tidak membutuhkan terlalu banyak apabila kita mengikuti Kristus. Kita hanya perlu cukup sehingga kita senantiasa puas dalam Tuhan. Maka dalam kedamaian kita dapat belajar murah hati, menghargai satu sama lain dalam Kristus Yesus, dan lebih penting lagi, bersyukur kepada Tuhan.
Seperti ada tertulis: “Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.”