Proses bagaimana Tuhan membentuk dan mendidik pelayan-pelayannya merupakan salah satu hal yang paling menakjubkan untuk disaksikan. Dalam proses tersebut, Tuhan begitu terlihat luar biasa, bijaksana, dan penuh kasih. Hanya pada saat kita melihat kembali, maka kita baru menyadari betapa sedikitnya hal yang kita mengerti tentang proses pertumbuhan diri kita sendiri. Mari kita bandingkan dua cara Tuhan mendidik dua pelayannya yang begitu berbeda.

 

Petrus:

Dia datang kepada Yesus dengan tangan kosong, memiliki pendidikan yang rendah, dan tanpa selera seni yang baik, hampir tidak ada kemampuan yang dapat ia banggakan (bahkan kemampuannya sebagai nelayan pun tidak begitu meyakinkan, dapat dilihat di Lukas 5). Tuhan memberikan kepadanya segala yang ia butuhkan untuk melayani. Melalui curahan Roh Kudus, Tuhan memberikan kepada Petrus keberanian untuk berdiri dan kecakapan berbicara yang mampu menyentuh hati ribuan orang melalui kotbahnya (Kisah Para Rasul 2).

 

Paulus:

Dia datang kepada Yesus dengan tangan yang penuh hadiah duniawi. Ia memiliki pendidikan yang sangat baik, status yang tinggi, bahkan kedudukan dan kuasa di antara orang Yahudi. Tuhan mengambil semua yang ia punya, sehingga ia menyadari apa yang paling berarti pada akhirnya – yakni pengetahuan akan Yesus – dan menjadikan segala yang ia punya sebagai pengorbanan yang besar untuk pelayanan. Pada akhir hidupnya, Paulus hanya bermegah dalam kelemahannya (2 Kor 11:30).

Hari ini, Tuhan bekerja dengan cara yang serupa dalam hidup kita, yakni mengambil dan memberikan kepada kita, sehingga Ia dapat membentuk kita dan menolong kita menjadi dewasa dalam iman kita. Sebagai contoh, kita mungkin menemukan diri kita sedang diberikan suatu tugas untuk Dia, tugas yang kita rasa bukanlah keahlian kita, sehingga kita semakin bergantung kepada-Nya untuk memberikan kepada kita talenta yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas tersebut (contoh Musa). Atau, kita kehilangan sesuatu yang terasa begitu penting (pekerjaan, kesempatan sekolah, kesehatan, dll.) hanya untuk menemukan bahwa kita telah mendapatkan sesuatu yang lebih besar – yakni pemahaman akan kehendak-Nya, pelajaran untuk menjadi taat dan rendah hati, atau pertumbuhan rohani (contoh Yusuf).

Selagi kita berjalan dalam kehidupan rohani kita, kita perlu percaya kepada kehendak Tuhan yang begitu baik dan kebijaksanaan dari jalan Tuhan, sebab “Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Fil 1:6). Jadi, apapun ujian yang datang dalam pelayanan kita, marilah kita tidak kehilangan semangat atau menjadi lelah. Sebaliknya, marilah kita berkata:

 

Tetapi sekarang, ya Tuhan, Engkaulah Bapa kami!
Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami,
dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu
(
Yes 64:8)

 

Pertanyaan Refleksi

  1. Apa yang Tuhan sudah berikan kepadamu untuk membantumu melayaniNya?
  2. Apa yang Tuhan ambil dari padamu?
  3. Bagaimana hal ini membentukmu atau mempengaruhi caramu dalam melayaniNya?