Begitu dalamnya belas kasihan! Apakah mungkin
masih tersisa kepadaku belas kasih?
Mungkinkah Tuhanku menahan amarah-Nya
kepadaku, orang yang penuh dosa, dikasihaniNya?

 

Depth of Mercy, Charles Wesley, 1740

Depth of mercy! Can there be
Mercy still reserved for me?
Can my God His wrath forbear,
Me, the chief of sinners, spare?

Depth of Mercy, Charles Wesley, 1740

 

Kalimat-kalimat di atas merupakan stanza pembuka dari suatu kidung pujian yang ditulis oleh Charles Wesley, seorang pujangga yang telah menulis lebih dari 6000 puisi dalam hidupnya. Saya begitu terpesona pada emosi yang begitu kuat dalam puisi tersebut. Sepertinya, kata-kata tersebut menyuarakan perasaan yang kita semua pernah alami – suatu momen di mana kita tidak berani mengangkat kepala kita di hadapanTuhan, ketika kita tahu bahwa kita tidak layak untuk meminta apapun, ketika kita tidak yakin Dia akan memaafkan kita kali ini.

Pertanyaan-pertanyaan dalam lirik merupakan pertanyaan yang dilontarkan saat seseorang tidak lagi yakin masih tersisa belas kasih baginya. Adalah suatu hal yang mudah untuk membayangkan belas kasihan lebih mungkin diberikan bagi orang yang lebih beriman, lebih sabar, lebih penyayang – tetapi bukan buat kita, yang paling buruk dari orang-orang yang penuh dosa.

Jadi, suatu hal yang luar biasa menyenangkan untuk mengetahui bahwa Dia datang untuk yang lemah, lelah, dan berbeban. Orang yang sehat tidak memerlukan seorang tabib. Malahan, Ia datang untuk kita – yang paling keras kepala, yang paling tidak sabar dan pemarah, yang selalu gagal berkali-kali. Sungguh suatu berkat yang luar biasa bahwa “Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalasNya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita” (Mzm 103:10)!

Walaupun kita memiliki Juru Slamat yang begitu baik dan mau memaafkan dosa-dosa kita, kita perlu mengerti bahwa seberapa berdosa kita dan seberapa besar utang kita kepada Tuhan. Sekalipun kita tidak membayar penuh dosa kita, seseorang membayarnya – dan sampai sekarang masih membayarnya!

Semakin kita menyadari betapa Tuhan telah menderita buat kita, semakin dalam kenangan kita akan belas kasih dan pengampunan Tuhan. Hal ini diilustrasikan dengan perumpamaan oleh Tuhan Yesus sebagai seorang yang berutang 500 dinar dan 50 dinar. Tidak ada seorang pun  yang punya uang untuk membayar, tetapi keduanya diampuni.

Yesus bertanya kepada Simon, “beritahu Aku, siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?”, Simon menjawab: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.” Dan Ia berkata “Betul pendapatmu itu.” (Lukas 7:42b-43).

 

Pertanyaan Refleksi

  1. Apakah kamu orang yang berhutang 500 dinar atau 50 dinar?
  2. Bagaimana kamu akanmengasihi Dia lebih dan menunjukan rasa terimakasihmu untuk belas kasihNya yang begitu dalam?