Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya. Ia berfirman kepadaku: “Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.” Yesaya 49:2-3

Ketika kita telah diruncingkan dan dipoles oleh Allah, kita seringkali ingin menunjukkan kemampuan, kharisma, pengetahuan, bahkan kasih kita kepada dunia. Kita ingin agar dunia tahu betapa Allah telah memberkati kita. Kedengarannya seperti ide yang bagus, kecuali jangan-jangan kita berakhir menjadi memuliakan diri sendiri ketimbang Allah.

Kita semua adalah alat bagi tangan Allah. Karena itu, apakah yang dapat kita pelajari dari perumpamaan anak panah dalam tabung panah Allah?

 

Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing

Sebagai anak panah, tujuan kita adalah untuk mengenai sasaran. Apakah sasaran kita? Sasaran utama kita sebagai orang Kristen adalah melakukan kebaikan, karena “kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik” (Ef. 2:10).

Bagaimanakah kita mencapai sasaran ini? Melakukan yang baik berarti memenuhi kebutuhan orang lain dengan sumber daya kita yang telah Allah sediakan. Berarti mengenal mereka lebih jauh. Berarti menolong mereka yang tak terlayani, mereka yang mungkin tidak dapat membalas bantuan kita, mereka yang bahkan mungkin tidak kita sukai. Berbuat baik juga berarti membantu mereka tidak hanya saat kita mampu, tetapi juga walau itu akan membuat ketidaknyamanan, kehilangan, bahkan pedih bagi kita. Tidak hanya membantu dalam hal materi, tetapi juga waktu, doa, kasih, dan tenaga, dengan rendah hati mengikuti teladan Kristus untuk melayani orang lain.

 

Menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya

Sebagai anak panah milik Allah, kita harus menghormati cara dan waktu Allah. Kadang-kadang ini berarti kita harus tinggal di dalam tabung panah. Seringkali kita bersemangat ingin melayani, melakukan yang baik, mencapai sasaran. Dalam semangat kita, kita mungkin sampai “menembakkan” diri kita sendiri keluar dari tabung. Kita terus menerus meleset dari sasaran, dan kita tidak mengerti mengapa. Kita lupa bahwa tanpa kekuatan dan tuntunan Allah di belakang kita, kita tidak dapat berbuat banyak. Pada waktunya, Ia akan menunjukkan kita jalan mana yang harus kita tempuh dan melindungi kita di sepanjang jalan (Mzm. 32:8). Karena itu, kita harus melatih diri untuk sabar menunggu, menenangkan diri, dan menantikan waktu Allah yang terbaik bagi giliran kita di panah Allah.

 

Olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku

Saat kita akhirnya melesat di udara dan mencapai sasaran kita, kita harus ingat untuk memuliakan Allah. Sebuah anak panah tidak dapat menyatakan keberhasilan di luar si penembak panahnya. Sebagai orang Kristen, kita harus menyerahkan kemuliaan kepada Allah atas apa yang telah Ia capai melalui kita. Salah satu caranya adalah dengan melakukan kebaikan tanpa diketahui orang lain. Gagasan ini mungkin tidak masuk akal, karena biasanya orang melakukan kejahatan diam-diam dan melakukan kebaikan di depan umum. Namun kita tahu bahwa Allah maha melihat, dan memberikan upah sesuai dengan ketulusan kita (Mat. 6:4, 6, 17). Dengan bersikap seperti ini, kita bersaksi bagi Allah dalam dunia fana maupun rohani, membangun iman dan karakter Kristiani kita, dan mengumpulkan harta di surga.

Sebagai anak-anak panah Allah, mari kita melakukan yang terbaik dalam setiap kesempatan untuk melakukan kebaikan, menunggu dengan sabar, dan memuliakan Allah.

          

Renungan:

Siapakah, dan apakah yang Anda incar dengan anak panah Anda? Apakah sasaran ini menyukakan Allah?

Kapankah terakhir kali Anda menembakkan diri keluar dari tabung panah? Bagaimanakah perasaan Anda setelah itu?

Pikirkanlah seseorang yang mungkin Anda kenal (secara pribadi atau melalui orang lain) yang melakukan kebaikan secara diam-diam. Apakah cara yang dapat Anda lakukan untuk mengikuti teladan mereka?