“Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus” (Keluaran 3:5b)

 

Beberapa tahun yang lalu, ketika saya mencari informasi tentang beberapa kegiatan menyenangkan untuk dilakukan pada liburan keluarga, kita menemukan sebuah museum yang unik untuk dikunjungi. Siapa yang menyangka bahwa seluruh museum yang didedikasikan untuk sepatu itu ternyata ada! Setelah ekspedisi kita ke museum sepatu, saya menyadari bahwa ketertarikan manusia dengan alas kaki yang indah sangat bervariasi dan hampir tak terbatas.

Disamping pernak-pernik, sepatu merupakan bagian integral dari kehidupan kita sehari-hari. Ketika kita menjalani rutinitas sehari-hari, kita selalu ingat untuk memakai sepatu kita sebelum meninggalkan rumah. Tanpa mengenakan sepatu kita untuk pergi keluar, kita tidak akan pergi jauh dari pintu depan kita! Sepatu, pada tingkat dasar, bertindak sebagai bentuk perlindungan bagi kaki kita, dari kotoran, dari dingin, atau dari benda-benda yang bisa melukai kaki kita.

Ketika Musa dipanggil Allah dari semak yang terbakar (Kel 3: 4), sebelum dia diizinkan untuk mendekatkan diri kepada hadirat  Allah, instruksi pertama Allah kepada Musa untuk melepas sandalnya. Karena tempat ia berdiri adalah tanah yang dikuduskan. Musa harus berdiri di hadapan Allah dengan kaki telanjang.

Apa pun pandangan kita tentang sepatu, secara rohani, apa yang Tuhan inginkan bagi kita adalah untuk berdiri di hadapan-Nya tanpa alas kaki sama sekali.

Apa arti hal ini bagi kita? Hati dan pikiran kita adalah yang mengarahkan kita di mana nantinya kita berada. Oleh karena itu, “Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang kekanan atau kekiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.”(Amsal 4: 26-27). Ketika kita melepas sepatu kita di hadapan-Nya, kita kesampingkan keinginan kita sendiri. Dengan melepas sepatu kita di hadapan Allah, kita membuang cara kita untuk melindungi diri kita dan kita tidak akan bisa berjalan menjauh dari-Nya.

Jadi kita semua harus melacak diri kita terus-menerus. Kita perlu mengevaluasi iman kita sendiri terus menerus: apakah kita berdiri kokoh di tanah suci Allah ilahi kita; atau kita sendiri tanpa disadari menyimpang jauh kejalur yang kita buat sendiri?

Seperti kita memakai sepatu kita untuk meninggalkan rumah setiap hari, biarkan menjadi peringatan bagi kita untuk melepas sepatu kita di hadapan Tuhan kita yang kudus setiap saat.

 

Pertanyaan untuk Refleksi:

Sudahkah Anda melepaskan sepatu Anda di hadapan Allah?