Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. —Yeremia 18:4

Pernahkah Anda merasakan diri Anda dinodai dosa, atau entah bagaimana caranya Anda “merusak”, dan kerusakannya begitu parah sehingga rasa-rasanya tidak dapat lagi diperbaiki? Kadang-kadang, karena kesalahan yang kita perbuat, kita merasa sangat bersalah dan tidak mampu melanjutkan perjalanan iman kita. Kita merasa telah menjadi bejana yang sudah cacat, rusak, atau bahkan pecah berkeping-keping, tidak dapat diperbaiki, dan tidak layak dipakai Tuhan.

Tetapi ayat ini memberikan harapan yang indah dalam Kristus Yesus bagi kita. Ia, si Tukang Periuk, dapat mengubah bejana yang telah rusak menjadi bejana baru! Tuhan kita adalah Dia yang menciptakan alam semesta. Ia telah memutarbalikkan keadaan-keadaan tanpa harapan menjadi kemenangan, mengubah hati nurani manusia, dan memungkinkan segala yang tidak mungkin. Tentu saja, Ia mampu memulihkan bejana yang rusak dan menjadikannya baru kembali, layak untuk dipakai oleh-Nya.

Bagi sebagian dari kita, mungkin pertanyaannya bukanlah apakah Tuhan mampu melakukan hal ini, tetapi apakah Ia bersedia. Apakah Allah sungguh-sungguh bersedia menggunakan saya setelah segala macam dosa yang telah saya lakukan? Apakah Ia bersedia mengabaikan kesalahan-kesalahan saya? Apakah Ia bersedia mengampuni dosa-dosa yang telah lampau, dan menjadikan saya ciptaan baru? Ia menjawab: YA. Dalam 1 Yohanes 1:9 Ia menjawab, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”.

Allah telah menjanjikan pengampunan dan pengudusan bagi kita, kesempatan untuk memulai kembali. Untuk menerima pengampunan-Nya, kita pertama-tama harus mengakui dosa-dosa kita di hadapan Dia. Apabila kita dengan tulus mengakui dosa, Allah adalah setia dan adil, dan akan mengampuni dan memperbarui kita. Allah tidak akan menolak orang yang rendah hati dan menyesal, karena “korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah” (Mzm. 51:17).

Sisi lain pengakuan adalah pertobatan – yaitu berbalik dari dosa. Pengakuan pengampunan tidak berarti apa-apa apabila kita masih meneruskan dosa kita. Alkitab menjelaskan perbuatan-perbuatan ini seperti “anjing kembali lagi ke muntahnya” atau ”babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya” (2Ptr. 2:22). Apabila kita tetap menjaga diri kita tetap bersih dan layak digunakan Tuhan, maka kita akan menjadi “perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia” (2Tim. 2:21).

Tuhan mampu, dan akan mengubah kita menjadi bejana yang baru, apabila kita mengizinkan-Nya. Apabila kita percaya bahwa Ia mampu dan bersedia melakukannya, mengakui dosa-dosa di hadapan-Nya, dan bertobat, maka segelap apa pun masa lalu kita, kita dapat hidup dalam kehidupan rohani yang baru dan berkemenangan, memuliakan Tuhan kita Yesus Kristus.