Nampaknya, bahkan cara mengasuh anak mengikuti perubahan tren. Belum lama ini, sebuah artikel di surat kabar menggambarkan peningkatan kembali jumlah orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan memukul anaknya (dengan rotan). Setelah bertahun-tahun orang tua menggunakan metode tidak mengacuhkan anak (timeout) dan kata-kata nasehat yang tidak ada hasilnya, banyak orangtua meninggalkan saran para ahli dan kembali ke metode yang “kuno”.

Seiring dunia tempat kita hidup menjadi semakin rumit, dan dengan rentetan informasi dan pengaruh yang memasuki kehidupan kita sehari-hari, mengajar anak-anak telah menjadi tantangan yang lebih besar daripada sebelumnya. Pengiklan dan media lainnya secara khusus menargetkan kaum muda. Pesan yang mereka kirimkan intinya bisa dirangkum dalam beberapa point: uang bisa membeli kebahagiaan, pemenuhan akhir dari cinta adalah seks, dan pemuasan keinginan dan perasaan adalah hak Anda. Hal ini tidak mengherankan mengapa orang tua yang beralih ke cara yang lebih ketat untuk mendisiplinkan. Dalam masyarakat yang mengajarkan “ya” dan “Aku ingin,” bagaimana orang tua untuk mengajarkan “tidak”?

 
Amsal 19:18 mengatakan, “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.” Membesarkan anak-anak untuk memiliki iman kepada Tuhan akan mengajarkan mereka untuk hidup melebihi saat ini. Dunia dan semua yang dunia tawarkan itu hanya sementara, dan akan dihancurkan. Tapi bagaimana kita hidup-tindakan apa yang kita ambil – memiliki dampak di luar kehidupan dan dunia ini. Allah telah menetapkan standar untuk kehidupan kita yang terpisah dari orang-orang dari dunia. Dari awal, kita harus mengajarkan anak-anak kita untuk mengevaluasi keinginan dan dorongan mereka terhadap standar Allah. Pilihan yang mereka buat akan menentukan nasib jiwa mereka. Dalam mengikuti kehendak Allah, Bapa kita, mereka akan menemukan sukacita, cinta, dan kepuasan yang sejati.


Allah telah mengirimkan kita seorang Penolong-dan bukan hanya untuk kita, tetapi untuk anak-anak kita juga: “Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu,” kata Alkitab. Roh Kudus yang menguduskan dan menuntun kita akan mengisi dan mengubah anak-anak kita juga. Dipenuhi dengan Roh Kudus, mereka akan mengalami kepuasan dalam Tuhan yang akan menumpulkan daya tarik dunia. Dengan kekuatan dan bimbingan Roh Kudus, mereka akan tahu penguasaan diri, akan dilengkapi untuk membuat pilihan yang tepat, dan dihibur dalam menghadapi cobaan. Hal ini penting, karena itu, bahwa orang tua berdoa dengan anak-anak mereka untuk dipenuhi dengan Roh Kudus. Hanya dengan bantuan ini keluarga secara keseluruhan dapat mengatasi krisis iman dan masuk dengan aman kedalam kerajaan Allah. “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 19:14).