Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun; dan berkata kepada mereka: “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.” – Keluaran 16:2-3

Allah memberikan manna sebagai makanan bagi bangsa Israel saat mereka berjalan melalui padang belantara menuju tanah perjanjian di Kanaan. Ia mengirimkan makanan dari surga kepada umatnya, karena Ia mendengar sungut-sungut mereka. Namun bangsa itu masih berkeluh kesah terhadap Musa dan Harun.

Walaupun mereka telah mengalami penyelamatan dari tanah perbudakan oleh tangan Tuhan yang penuh kuasa, mereka terus menerus bersungut-sungut kepada Musa akan kurangnya makanan. Bangsa Israel mempunyai manna untuk dimakan. Namun dibandingkan dengan makanan mewah yang mereka terima di Mesir, manna terlihat biasa dan tidak berselera. Alkitab menjelaskan manna sebagai sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi, warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya seperti rasa kue madu (Kel. 16:14, 31). Tidak lama setelah itu bangsa Israel berseru-seru meminta daging untuk memuaskan hawa nafsu mereka (Kel. 11:4-6).

Kita serupa dengan bangsa Israel dalam banyak hal. Allah juga telah menyelamatkan kita dari Mesir, yaitu belenggu dosa. Kita sekarang berjalan di padang belantara dalam perjalanan iman kita. Dan Tuhan telah memberikan manna rohani, yaitu firman-Nya, untuk memelihara kita. Namun kadang-kadang kita membandingkan hal-hal yang kita miliki dengan segala keindahan yang ditawarkan dunia. Ketika kita membandingkannya, kita merasa bahwa apa yang kita miliki tidak seindah hal-hal di dunia ini. Hawa nafsu untuk memuaskan kedagingan kita mendorong kita untuk melakukan seperti yang dilakukan bangsa Israel, dan kita tidak pernah puas dengan apa pun yang Allah berikan kepada kita.

Apabila bangsa Israel tahu bagaimana bersyukur, dan merasa puas dengan manna dari surga, mereka tidak akan bersungut-sungut meminta daging. Allah memberikan mereka secukupnya untuk memelihara mereka melalui perjalanan di padang belantara. Mereka senantiasa ada dalam pemeliharaan Allah, tidak berkekurangan.


Sikap mereka mengingatkan kita untuk senantiasa bersyukur dengan hal-hal yang kita miliki. Allah yang memahami segala kebutuhan kita, dengan ajaib telah mempersiapkan segala hal bagi kita, dan akan menyediakannya ketika waktunya tiba. Kita perlu senantiasa menghitung berkat-berkat kita, dan tidak bersungut-sungut terhadap-Nya. Karena kita tahu bahwa Ia memelihara kita melalui manna-Nya, yaitu firman dan berkat-berkat-Nya, sampai kita menyelesaikan perjalanan kita melalui padang belantara dan memasuki tanah perjanjian selama-lamanya.